Senin, 04 Juni 2012

Pariwisata Kalsel

Pariwisata Kalsel

PULAU KEMBANG OBJEK WISATA KALSEL
Bagi pendatang ke Banjarmasin rasanya kurang lengkap kalau tidak mengunjungi Pulau Kembang di tengah Sungai Barito pinggiran Kota, dimana terdapat sekitar dua ribu ekor kera jinak.
Untuk mencapai pulau kembang yang merupakan delta tersebut cukup gampang cukup naik klotok sekitar setengah jam dari kota sudah sampai ke tujuan, disana pengunjung bisa bercanda dengan kera jinak atau kera abu-abu di lokasi ini.
Pihak pengunjung tak usah takut karena kera tersebut tidak akan menyerang pengunjung, asal pengunjung tidak menggangunya cukup dengan memberikan makanan, berupa kacang tanah, pisang , atau buah-buahan lainnya.
kera2.jpg monyet.jpg 
Salah seorang pengunjung Pulau Kembang, serta kumpulan monyet di lokasi tersebut.


PULAU KEMBANG
Pulau Kembang adalah sebuah delta seluas 60 Ha yang terletak di tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Pada tahun 1976, pulau ini ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976.
Menurut cerita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur.
Munculnya keyakinan tersebut menjadikan pulau yang baru muncul ini dijadikan sebagai tempat bernazar. Masyarakat sekitar datang ke pulau ini dengan membawa sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan, mayang-pinang, dan beberapa jenis kembang. Oleh karena sering digunakan untuk tempat berhajat dan menabur kembang, pulau baru tersebut lebih dikenal dengan sebutan Pulau Kembang.
Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi “penjaga” pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman). Keberadaan altar menunjukkan bahwa para pengunjung yang datang tidak sekedar berwisata melihat kera, tetapi juga datang untuk keperluan berdoa, khususnya orang-orang Cina.
Kera-kera di tempat ini yang berjumlah ratusan bahkan ribuan, sangat akrab (walaupun ada juga yang ganas) dengan para pengunjung. Biasanya ketika para wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang menunggu di dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan seperti pisang, kacang dan sebagainya. Namun karena tidak semua kera-kera di tempat ini bersahabat dengan para pengunjung, maka ada baiknya para pengunjung memperhatikan hal-hal berikut ini:
Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit, pisang dan sebagainya untuk diberikan kepada para kera.
Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur.
Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak-abrik barang bawaan para pengunjung.
Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para pengunjung menyiapkan uang receh.
Para kera mengerubuti para pengunjung yang baru turun dari klotok
Pulau Kembang ditempati oleh ratusan bahkan ribuan monyet dan beberapa jenis burung. Bila tengah beruntung, pengunjung bisa bertemu dengan salah satu spesies monyet yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan, yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Kera ini memiliki sifat pemalu, berambut cokelat kemerah-merahan, dan berhidung panjang. Di tempat ini, para pengunjung juga bisa menyaksikan kera-kera yang bisa berenang. Selain itu, para pengunjung dapat berinteraksi dengan memberikan makanan berupa kacang dan merasakan sensasi luar biasa ketika dikerubuti kera-kera yang sangat banyak tersebut.
Selain menjadi tempat ribuan kera, di tempat ini ternyata juga ada sebuah kuil yang biasanya digunakan oleh para pengunjung untuk meletakkan sesajen atau melaksanakan nadzarnya. Pulau ini sering dihubungkan dengan kejadian-kejadian mistis. Banyak para pengunjung yang mengaku mengalami hal-hal mistis seperti melihat jembatan yang menghubungkan pulau Kembang dengan daratan; melihat sosok pangeran berbaju putih mengendarai kuda melintas di atas jembatan itu, dan lain sebagainya.
Pulau Kembang terletak di tengah sungai Barito, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Pulau seluas 60 hektare ini berjarak sekitar 1,5 km kota Banjarmasin dan dapat ditempuh dengan menggunakan perahu klotok sewaan dengan harga sekitar Rp 200.000 perjamnya atau bisa lebih murah jika pengunjung pandai menawar. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi sekitar 10 menit dari kota Banjarmasin. (sumb:wisata melayu)
Jembatan Barito yang saat ini merupakan jembatan terpanjang di tanah air karena melebihi seribu meter, juga objek wisata Kalsel
BANJARMASIN JADIKAN PASAR TERAPUNG IKON KEPARIWISATAAN Banjarmasin,29/8 (ANTARA)- Pemerintah Kota Banjarmasin  menjadikan Pasar Terapung di Sungai Barito sebagai ikon kepariwisataan kota setempat mengingat objek tersebut cukup khas tak ditemui di daerah lain.


terapung-3.jpg transaksi   a2.jpg dermaga pasar terapung
b2.jpg a4.jpg pergi bersama-sama menuju pasar terapung
ridi.jpg wisatawan

Dengan dijadikan ikon kepariwisataan maka keberadaan pasar kedepannya lebih dibenahi, kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin, Hesly Junianto,SH kepada pers di Banjarmasin, Rabu.      Ketika ditanya di sela-sela acara penyuluhan industri kepariwisataan bagi usaha salon kecantikan, Hesly junianto menyatakan pembenahan kedepan adalah Pemko  Banjarmasin akan menyediakan sarana angkutan sungai ke objek wisata melalui pusat Kota Banjarmasin menuju ke pasar terapung.      Angkutan sungai dimaksud adalah kapal wisata khusus yang sekarang lagi dilesaikan sebanyak dua buah menggunakan kontruksi kayu ulin (kayu besi).      Pembuatan kapal wisata tersebut  di lokasi pembuatan kapal kayu ulin di kawasan Pedalaman Sungai Barito, tepatnya di Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah.      “Kita berhadap dua kapal wisata yang disedemikian rupa bagi wisatawan itu, September 2007 sudah selesai dan bisa dipergunakan bagi wisatawan,” kata Hesly Juniato,      Sementara kapal wisata lainnya bantuan Menteri Koperasi senilai Rp300 juta juga sedang diproses  penyelasaiannya di industri pembuatan kapal kayu ulin, Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).      Bila kapal wisata buatan Pemko Banjarmasin dan kapal bantuan Menteri Koperasi tersebut selesai, maka keberadaan pasar terapung kian marak.      Bahkan dalam upaya menyemarakkan keberadaan pasar terapung itu, Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin merencanakan  menggelar festival perahu hias se Asia Tengga (Asean) pada tahun 2008 mendatahg, tambah Hesly Junianto.      Dipilihnya Pasar terapung yang terletak pesisir Desa Kuin Banjarmasin ditepian Sungai Barito tersebut lantaran objek itu sudah begitu dikenal luas baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara.      Bahkan penayangan secara visual aktivitas Pasar terapung ini telah dijadikan ikon tayangan sebuah televisi swasta di Jakarta, RCTI Oke, tambah mantan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota (Bapedalko) Banjarmasin tersebut.      Kelebihan Pasar terapung ini, adalah terwujud berdasarkan kebutuan masyarakat yakni menyediakan dagangan hasil pertanian dan sumberdaya alam lainnya.      Sementara pasar terapung yang menjadi objek wisata di Hongkong, Singapura, Bangkok, atau Venesia Italia diciptakan khusus untuk wisatawan maka barang yang dijual kebanyakan cenderamata.
PASAR TERAPUNG
Pasar Terapung Muara Kuin merupakan salah satu bentuk pola interaksi  jual-beli masyarakat yang hidup di atas air. Para pedagang dan pembeli malakukan  aktivitas jual-beli di atas Jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini dimulai setelah shalat Subuh dan akan berakhir ketika matahari  telah beranjak naik atau sekitar jam 09:00 Wita. Apabila lewat dari jam tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa pasar  bakal sepi, karena para pedagang akan berpencar, menyusuri sungai-sungai kecil,  untuk menjual barang dagangnya ke penduduk yang rumahnya berada  di bantaran sungai.
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu, dan merupakan  sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di atas pasar terapung ini  juga dilakukan jual beli barang seperti sayur-mayur,  buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua  yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.  Di pasar ini, pengunjung dapat menyaksikan transaksi jual-beli yang dilakukan  secara tradisional, yaitu dengan cara barter antar para pedagang berperahu,  yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Namun sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di atas perahu tersebut  semakin lama semakin pudar pamornya, baik karena jumlah jumlah pedagang yang semakin  sedikit, sikap penjual yang tidak lagi cukup bersahabat, ataupun kurangnya  dukungan dari pemerintah kota Banjarmasin. Kebijakan pemerintah membangun pasar  di darat dekat dengan Pasar Terapung Kuin dan pembangunan ratusan jembatan  rendah yang menghalangi akses lalu lintas sungai, baik langsung atau tidak,  merupakan salah satu penyebab semakin memudarnya aktivitas jual-beli di  floating market ini.
Mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin akan memberikan kenangan tak  terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi  kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola transaksi  jual-beli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karena pasar ini telah  menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan, muncul pameo belum ke Banjarmasin jika belum mengunjungi Floating Market Muara Kuin.
Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar  terapung ini cukup unik dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan mengejar pembeli atau penjual yang berseliweran  kian kemari dan perahu mereka kerap oleng dimainkan gelombang Sungai Barito.  Bagi wisatawan yang datang dari kota-kota besar, akan merasakan sensasi  tersendiri ketika mengamati pedagang wanita dengan topi lebarnya berperahu  menjual hasil kebun atau makanan olahannya sendiri.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada  pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung,  pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan yang  selalu berpindah-pindah.
Bagi pengunjung yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir teh  atau kopi, plus makanan/kue khas Banjar, sembari menikmati goyangan ombak yang  menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat menyaksikan rumah-rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di  sepanjang pinggiran sungai.
Pasar Terapung Muara Kuin terletak di aliran sungai Barito, tepatnya di muara Sungai Kuin, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Bajarmasin,  Kalimantan Selatan.
Jika  berangkat dari pusat kota Banjarmasin dengan menggunakan perahu mesin  atau yang biasa disebut klotok, diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk  menuju pasar yang berada di aliran Sungai Barito tersebut. Jika ingin lebih  cepat sampai, pengunjung dapat menggunakan angkutan darat dengan menempuh rute Kota Banjarmasin-desa  Alalak. Dari desa Alalak menuju lokasi Pasar Terapung yang jaraknya tidak  begitu jauh pengunjung bisa mencarter klotok dengan harga Rp 70 ribu  (tergantung bisa tidaknya pencarter malakukan tawar menawar). Dengan menyewa klotok,  pengunjung tidak hanya bisa menyaksikan aktivitas di floating market tetapi  juga bakal diajak berwisata ke Pulau Kembang (sumb.wisata melayu)
intan.jpgdulang.jpga2.jpgintan.jpglokasi pendulangan intan di Desa Cempaka, Martapura banyak dikunjungi wisatawan ke Kalsel.
batu.jpgtransasksi batu akik sering pula menghiasi lokasi pendulangan intan

Kawasan pendulangan intan tradisional berada di Kecamatan Cempaka. Bagi penduduk Desa Cempaka, mendulang Intan merupakan mata pencaharian turuntemurun. Para pendulang biasanya berkelompok – kelompok menggali lobang padakedalaman sekitar 10 meter dengan menggunakan perkakas tradisional dan metodelama. Mereka bekerja keras mengadu nasib.
Bahan galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir intan terkadang pedulangan menemukan pula batu akik dan pasir emas.Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak tidak jauh dari Banjarmasin. Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja atau pendulang  mencari intan atau emas di lubang-lubang penggalian yang penuh lumpur.
Dari catatan sejarah di tambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat20 karat pada tahun 1846, rekor ini kemudian dipecahkan pada tahun 1850 denganditemukannya intan yang lebih besar seberat 167,5 kara yang disebut intan Trisakti yang hingga karang tidak tahu rimbanya lagi,  baru  ditemukan lagi intan Putri Malu Januari 2008  sebesar 200 karat.
kapal2.jpg 
 kapal wisata yang ada di banjarmasin

Kota Banjarmasin yang terkenal dengan sebutan sebagai Kota 1000 Sungai telah memiliki wahana wisata baru yakni Kapal Wisata.Siapa saja yang ingin menyusuri sungai-sungai di Banjarmasin dapat memanfaatkan kapal tersebut.Sejumlah objek seperti Masjid Raya Sabilal Muhtadin, gubernuran, balaikota, Metro Hi Tech Mall, Mitra Plaza, Swissbell Hotel Borneo (bintang 4), Hotel Victoria (bintang 3), Hotel Rodhita (bintang 2), rumah penduduk bahkan Pasar Terapung pun dapat disaksikan melalui kapal wisata. Guna mendukung kenyamanan wisatawan, kapal itu juga dilengkapi beberapa fasilitas seperti 25 kursi, televisi, karaoke, toilet, suguhan kesenian tradisional khas Banjar serta masakan khas Banjar.Diharapkan dengan adanya kapal wisata ini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di ibukota Kalimantan Selatan tersebut.
KERBAU RAWA JADI OBYEK AGROWISATA DI KALSEL Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin, 18/4 (ANTARA)- Sekelompok pemuda bersorak sorai di hamparan ribuan hektare rawa monoton, Desa Bararawa, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Seorang pemuda bertindak sebagai joki, menunggang seekor kerbau besar di hamparan lahan berrawa-rawa tersebut, sementara yang lain juga melakukan hal serupa seraya memacu sekencangnya lari kerbau yang ditunggangnya saat perlombaan kerbau di lokasi desa sentra peternakan kerbau rawa tersebut.
Perlombaan kerbau rawa itu persis seperti perlombaan atau atraksi karapan sapi di Madura, tetapi lomba karapan sapi di lahan kering atau lapangan luas sementara lomba kerbau rawa di hamparan berair yang penuh dengan tanaman rawa.
Dalam lomba yang seringpula didatangi ribuan penonton tersebut tampaknya sebagai arena kompetisi antar desa di wilayah penghasil daging ternak terbesar Kalsel itu.
Tak jarang dalam kegiatan lomba yang merupakan hiburan segar bagi masyarakat yang bermata pencariannya bertani, menangkap ikan, dan beternak itu dihadiri pejabat bukan sebatas camat, dan bupati, tetapi seringpula dihadiri gubernur Kalsel.
“Lomba kerbau rawa merupakan objek wisata tahunan Kalsel yang terus dipopulerkan guna mendukung kunjungan wisata ke daerah ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel, Bihman Muliansyah.
Lomba kerbau rawa tersebut, biasanya diselanggarakan pada setiap perayaan hari kemerdekaan RI, di lokasi yang sudah disediakan di kawasan tersebut, sehingga bagi turis mudah melihat atraksi lomba kerbau rawa itu.
Tetapi, bukan hanya atraksi lomba kerbau rawa yang menjadi daya pikat wisatawan khususnya wisatawan mancanegara ke daerah itu, yang menarik mereka jusru menyaksikan usaha peternakan kerbau itu yang dinilai rada unik.
Oleh karena itu, seringkali paket wisata kunjungan wisatawan selama di Kalsel selalu dikaitkan dengan lokasi peternakan kerbau rawa ini, seperti rute pendulangan intan tradisional, pasar permata, lalu Museum Lambung Mangkurat, Pasar Terapung Banjarmasin, Pulau kaget (pulau dihuni bekantan/nasalis larvatus).
Setelah itu, wisatawan baru diajak ke lokasi kerbau rawa Danau Panggang yang lalu menuju ke Pegunungan Meratus menyaksikan komunitas suku Dayak Meratus, pulangnya berarung jeram menyusuri Sungai Amandit, dan terakhir kembali ke Banjarmasin.
Berdasarkan catatan, kerbau rawa (Bubalus carabanensis) yang pula disebut sebagai kerbau (hadangan) kalang, karena kehidupan kerbau-kerbau ini berada di atas kalang di atas rawa.
Kalang terbuat dari kayu-kayu besar yang disusun di tengah rawa untuk berteduhnya ternak besar ini, setelah berenang ke sana-kemari seharian di air dalam rawa untuk mencari makan.
Sebuah kalang yang dibangun para peternak masyarakat Danau Panggang ini bisanya mampu menampung antara puluhan hingga ratusan ekor kerbau.
Kerbau rawa merupakan aset asli atau plasma nutfah Kalsel, yang sudah beranak pinak atau berkembang biak di hamparan rawa seluas 2,6 juta hektare yang tersebar di lima kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Selatan (HSS), Banjar, dan Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Tidak ada yang tahu persis asal usul kerbau rawa yang terbilang berbadan besar bila dibandingkan kerbau yang hidup di daratan ini, namun keberadaan kerbau itu sudah ada dari genereasi ke generasi.
Menurut Kepala Dinas Peternakan Kalsel, Ir Maskamian Andjam kepada wartawan saat berada di kantor Gubernur Kalsel, Banjarmasin pada tahun 2000 lalu populasi hewan ini tercatat 11.605 ekor kemudian berkembang tahun 2004 lalu menjadi 38.488 ekor.
Populasi kerbau rawa terbanyak berada di Kecamatan Danau Panggang HSU yang meliputi tujuh desa sentra peternakan, yakni desa Palbatu, Bararawa, Sapala, Peminggir, Ambahai, Tapus Dalam, dan Desa Danau Cermin dengan total populasi di kawasan itu sekitar 8000 ekor.
Pada tahun 2002 dari 8000 ekor di tujuh desa  tersebut dimiliki oleh 215 orang peternak, dengan tingkat kepemilikan antara 50 hingga 100 ekor per orang dengan luas pengembalaan di kawasan rawa itu sekitar 61 ribu hektare dan 41 ribu diantara berupa rawa monoton berair dalam atau berupa danau.
Kerbau rawa biasanya hidup secara berkelompok, satu kelompok biasanya terdapat antara satu atau dua penggembala (peternak) yang tindak tanduk peternak tersebut sangat di patuhi kerbau-kerbau besar ini.
Jenis kerbau ini dengan spesifik tanduk yang melingkar panjang ke belakang, warna abu-abu coklat, dengan bentuk tubuh yang gempal, padat, dan berisi yang membuktikan bahwa kerbau rawa dengan mikroba rumen yang dimilikinya mampu mengubah makanan berkualitas rendah berupa rumput rawa menjadi daging.
Berat kerbau ini berumur satu tahun sudah 195-200 kilogram, panjang badan 95,4-97,6 CM, dan lingkar dada 135,7-138,4 CM.
Saat dewasa atau berusia tiga tahun kerbau itu memiliki 400-500 kilogram, dengan tinggi gumba 122,1-123,0 CM, panjang badan 128-138 CM, dan lingkar dada 174,6-177 CM.
Bahkan ada kerbau rawa besar yang disebut atau berstatus “majir” pernah mencapai berat badan 600 kilogram, kata Maskaiman Andjam.
Kerbau ini melahirkan anak setiap 400-500 hari (calving interval) dengan bobot lahir 28 kilogram. Kerbau rawa memasuki usia produktif saat berusia 15 tahun, dengan tingkat produksi susu cukup tinggi sehingga perkembangam anaknya begitu cepat.
Akhmad Arifin yang seorang pemandu wisata Kalsel menuturkan untuk memancing wisatawan datang ke peternakan kerbau rawa tersebut setiap pemandu harus bisa menceritakan keunikan kerbau tersebut.
Keunikan kerbau itu selain memang badannya besar, hidupnya berenang ke sana kemari di atas air rawa, hidup di atas kalangan jauh dari pemukiman penduduk, juga hanya ada di daerah rawa Kalsel dan sulit ditemui di daerah lain, biasanya setelah mendengar keunikan itu wisatawan khususnya yang memiliki perhatian terhadap binatang pasti minta di antarkan ke lokasi tersebut.
Di lokasi peternakan. para wisatawan biasanya serius menyaksikan sistem peternakan yang dinilai benar-benar alamiah tanpa sentuhan tekhnologi itu
“Wisatawan dengan menggunakan kamera biasanya membidik-bidik lokasi kalang sebagai tempat berteduh kerbau di malam hari, serta kelompok kerbau yang berenang di atas air  di kawasan tersebut.” kata Akhmad Arifin.
Akhmad Arifin sendiri berharap dalam pengembangan peternakan kerbau ini bukan semata menambah pupulasi ternak, tetapi bagaimana lokasi peternakan ini menjadi daya pikat wisatawan dengan mempertahankan lomba kerbau rawanya, ditambah akses ke lokasi itu yang dipermudah.
Bila semua itu lebih diperhatikan baik oleh Pemprop Kalsel maupun Pemkab HSU maka lokasi peternakan kerbau rawa kian dikenal sebagai objek agrowisata andalan Kalsel.

BALANGAN KAYA AKAN OBJEK PARIWISATA ALAM
Banjarmasin,26/1 (ANTARA)- Kabupaten baru di Propinsi Kalimantan selatan, Kabupaten Balangan mencoba membangun daerahnya melalui berbagai sektor dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
ba.jpg Baruh Bahinu Dalam salah satu objek wisata di Balangan
salah satu upaya itu adalah membangun citra kepariwisataan mengingat kawasan ini kaya dengan objek wisata alam, kata Bupati Balangan, Ir Sefek Effendi kepada ANTARA  saat berada di Banjarmasin, Jumat.
Sebagai kabupaten baru yang berpisah dengan kabupaten induk Hlu Sungai Utara (HSU) tak ada pilihan lain harus menyediaan objek wisata sendiri, agar daerah ini bisa dilihat sebagai wilayah yang maju di sektor tersebut.
Kawasan yang akan dikembangkan menjadi objek wisata selain ang sudah dikenal juga yang belum begitu  dikenal tetapi memiliki kekhasan dan prospektif dikembangkan dikemudian hari.
Objek wisata yang belum begitu dikenal adalah Hambal Lumut, sebuah kawasan lreng Pegunungan Meratus yang memiliki keindahan alam dan kekhasan kehidupan budaya masyarakat lokal yang kalau dipromosikan akan menarik minat kalangan wisatawan khususnya dari mancanegera.
Budaya-budaya masyarakat pedalamam Balangan yang dikenal dengan sebutan suku Dayak Hulu Banyu sering menjadi atraksi wisata yang menarik, seperti upacara aruh ganal (selamatan besar) dimana atraksi yang bernilai magis itu dianggap unik dan menarik.
Budaya lain yang menarik perhatian wisatawan melalui seni dan budaya, dimana tarian-tarian Dayak sering dipertontonkan keika menjamu tetamu yang datang ke wilayah tersebut.
Objek wisata lain yang perlu dikembangkan seperti air terjun Manyandar, goa Berangin, serta Gunung Belawan di kecamatan Halong sekitar 30 kilometer dari ibukota kabupaten Balangan.
Selain itu ada ula objek wisata baruh Bahinu Dalam termasuk kecamatan Paringn atau sekitar 10 kilometer dari ibukota kabupaten, dan objek wisata ini mudah sekali dijanku karena jalan beraspal sampai ke kekawasan ini.
Kekhasan Baruh Bahinu Dalam disana terdapat danau yang tidak mengalir, dan kehidupan masyarakatnya. danau Baruh Bahinu Dalam mengandung banyak lagenda serta disana seringkali menjadi lokasi loba jukung (perahu) serta lokasi perkemahan.
Belum lagi di Kecamatan Awayan sekitar 15 kilometer dari ibukota kabupaten terdapat objek wisata Gunung Hantanung, yang didalamnya terdapat goa dengan sarang kelalawar.
Goa-goa di wilayah Balangan menurut, Sefek Effendi dikenal unik lantaran memiliki stalaktit dan stalakmit yang menyerupai binatang, peralatan rumah tangga, serta ada stalakmit yang menyerupai tubuh manusia sehingga dihubungkan-hubungkan dengan sejarah masa lalu di kaasan tersebut.
Objek sejarah Balangan juga menarik kalau diangkat kepermukaan kalau dikaitkan dengan pengembangan kepariwisataan, mengingat daerah Balangan termasuk basis perlawanan masyarakat Kalsel melawan penjajah Belanda pada masanya.
Salah satu objek sejarah yang menjadi bjek wisata adalah benteng Tundakan di Kecamatan Awayan yang konon di dalam benteng inilah pejuang Banjar, Tumenggung Jalil yang bergelar Adipati Anom Dinding Raja Tumenggum Macan Negara berlindung dari kejaran penjajah Belanda.
Objek sejarah lain adalah makam Datu Kandang Haji Desa eluk Bayur Kecamatan Juai, demikian Sefek Effendi yang dikenal sebagai mantan Kepala Dinas Kimpraswil Kalsel ini.
Pariwisata
Profil Objek Wisata Kalimantan Selatan
A. Kota Banjarmasin
Propinsi Kalimantan Selatan Ibukotanya Kota Banjarmasin dan wilayah ini banyak dilalui sungai besar dan sungai kecil (kanal). Banyak sekali kegiatan masyarakat yang dilakukan di sungai termasuk kegiatan perdagangan yang dikenal dengan pasar terapung. Penduduk kota Banjarmasin masih banyak yang tinggal di atas air. Rumah-rumah penduduk dibangun diatas tiang atau diatas rakit dipinggir sungai.
Budaya sungai terus berkembang, memberikan corak budaya tersendiri dan menarik. Salah satu kegiatan wisata paling menarik di kota Banjarmasin adalah berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal. Daerah pinggiran kota pemandangan alam sungainya masih asli dan wisatawan dapat menyusuri sepanjang sungai Martapura dan sungai Barito dengan menggunakan perahu Klotok dan Speedboat. Pusat Kota Banjarmasin terletak di sepanjang jalan Pasar Baru, sementara kawasan perkantoran khususnya Bank terdapat di jalan Lambung Mangkurat. Sungai Barito berada di sebelah Baratnya dari pusat kota.
Sebagian besar kegiatan masyarakat di Banjarmasin terjadi sungai atau disekitar sungai. Oleh karena itu sangatlah menarik menyaksikan kehidupan Kota dari tengah sungai. Wisatawan dapat menyewakan perahu motor yang mangkal di tepi sungai dengan tarif sekitar Rp. 75.000 per jam guna memulai perjalanan menyusuri sungai melewati sejumlah lokasi penarikan dengan waktu tempuh dua hingga tiga jam.
Perjalanan di mulai dengan melewati Mesjid Raya Sabilal Muhtadin menuju kepasar kuin dimana air sungai Kuin mengalir menuju sungai Barito. Wisatawan dapat juga singgah di Pulau Kembang dan kemudian melanjutkan perjalanan melalui penggergajian kayu di sungai Alalak dan kembali ke Pusat Kota melalui Sungai Andai.
Pasar Terapung adalah pasar tradisional yang sudah ada sejak dulu dan merupakan refleksi budaya sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi unik ini tempat melakukan transaksi di atas air dengan menggunakan perahu besar maupun kecil yang berdatangan dari berbagai pelosok. Pasar Terapung hanya berlangsung pada pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 09.00 setiap hari. Dan dengan perahu Klotok dari Kota Banjarmasin dapat dicapai sekitar 30 menit.
Wisatawan harus datang pagi-pagi untuk dapat melihat kesibukan Pasar Terapung ini. Salah satu Pasar Terapung di Banjarmasin adalah Pasar Kuin yang terletak di persimpangan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito.
Sejak dahulu Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan terkenal dengan hasil kayu dan rotan. Pada masa lalu kayu yang ditebang langsung dikirim keluar Kalimantan, tetapi saat ini sebelum dikirim keluar daerah terlebih dahulu diolah menjadi bahan setengah jadi, demikian juga untuk industri rotan.
Sasirangan adalah batik khas Kalimantan Selatan yang pada jaman dahulu digunakan untuk mengusir roh jahat dan hanya dipakai oleh kalangan orang-orang terdahulu seperti keturunan raja dan bangsawan. Proses pembuatan masih dikerjakan secara tradisional. Lokasi penjualannya di kecamatan Banjar Timur, 20 menit dari pusat Kota Banjarmasin.
Salah satu Landmark Kota Banjarmaisn adalah Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada dijalan Jendral Sudirman. Mesjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri megah dijantung kota Banjarmasin menghadap Sungai Martapura. Bangunan Masjid arsitektur modern dengan di kelilingi lima menara yang menjulang tinggi serta taman masjid yang luas dan indah. Masjid Raya Sabilal Muhtadin berlantai dua mempunyai kapasitas tempat sholat untuk 15.000 jemaah dan merupakan masjid kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan dan pusat pengkajian agama Islam.
B. Kota Banjarbaru
Kota yang terletak di sebelah Tenggara Kota banjarmasin ini memiliki sebuah Museum yang berisi benda-benda peninggalanSuku Banjar dan Dayak. Patung-patung yang berasal dari Candi Hindu yang ada di Kalimantan juga terdapat di Museum Lambung Mangkurat ini. Juga terdapat meriam, pedang dan benda-benda lain sisa-sisa perang melawan Belanda. Koleksi Museum Lambung Mangkurat lainnya adalah peralatan Sunat Tradisional Banjar seperti Pisau dan Daun yang digunakan sebagai Antibiotic.
Museum Lambung Mangkurat terletak di Kota Banjarbaru sekitar 35 km dari Kota Banjarmasin, menyimpan berbagai peninggalan sejarah dan budaya serta gambaran dari pada wajah Kalimantan Selatan dalam berbagai aspek kehidupan alam dan potensial alamnya.
Koleksi paling menarik dari Museum Lambung Mangkurat ini adalah benda-benda hasil penggalian dari Candi-Candi Hindu seperti Candi Laras di Rantau dan Candi Agung di Amuntai. Di Kalimantan Timur antara lain Patung Sapi Nandi dan Symbol Alat Kelamin Dewa Syiwa yang disebut Lingang. Sisa-sisa Candi Laras terdapat di Desa Margasari, di dekat Kota Rantau, sedangkan sisa-sisa Candi Agung terdapat di Kota Amuntai yang berjarak 150 km dari Banjarmasin.
Barang koleksi Museum terdiri dari peninggalan Sultan Banjar, benda purbakala dari Candi Agung dan Candi Laras, Perkakas dari Batu, Ukiran Kayu Ulin, Perkakas Pertanian dan Perabot Rumah Tangga, Alat Musik Tradisional dan sebagainya.
Bangunan Museum ini perpaduan bentuk rumah tradisional yang bergaya modern diresmikan pada tahun 1979.
Pendulangan
Kawasan Pendulangan Intan Tradisional berada di Kecamatan Cempaka. Bagi penduduk Desa Cempaka, mendulang intan merupakan mata pencaharian turun temurun. Para pendulang biasanya berkelompok-kelompok mengali lobang pada kedalam sekitar 10-12 meter dengan menggunakan perkakas tradisional dan metode lama. Mereka bekerja keras mengadu nasib. Bahan galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir Intan, terkadang pendulang menemukan pula Batu Akik dan Pasir Emas.
Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak 47 km dari Kota Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru. Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja mencari Intan atau Emas di lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur. Dari catatan sejarah di tambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat 20 karat pada tahun 1846, rekor ini kemudian dipecahkan pada tahun 1850 dengan ditemukannya intan yang lebih besar lagi seberat 167,5 karat.
C. Kabupaten Banjar
Daya tarik Kota yang terletak di dekat Kota Banjarbaru ini adalah suasana pasar tradisional yang hanya digelar setiap hari Jumat. Pasar ini ramai dikunjungi para wanita Banjar dengan pakaian tradisional mereka yang berwarna-warni. Di lokasi pasar ini terdapat sebuah bangunan pasar berbentuk tradisional Banjar dengan atapnya yang berwarna biru.
Di pasar yang luas ini, wanita Banjar menjual aneka barang termasuk berbagai jenis makanan. Jika anda penggemar batu permata, pasar ini adalah tempatnya. Pedagang batu permata menyediakan berbagai macam bentuk batu seperti intan dan batu permata lainnya, baik yang sudah di asah ataupun yang masih kasar. Berbagai bentuk manik-manik juga tersedia dan juga perhiasan perak. Anda juga dapat mengunjungi penggosokan intan Kayu Tangi di Jalan Sukaramai, yang berada di belakang pasar ini.
Di jantung Kota Martapura banyak ditemukan rumah-rumah tempat penggosokan intan baik secara tradisional maupun modern yang terkenal adalah penggosokan Intan Tradisional Kayu Tangi Martapura. Di sini intan dan batu-batuan di bawa dan di gosok secara tradisional dengan berbagai macam bentuk.
Selain terdapat penggosokan Batu Aji, tidak kalah menariknya adalah kerajinan Manik-manik atau hiasan Arguci yang dikerjakan secara unik dan berkelompok-kelompok oleh para pengrajin di Desa Melayu, Kecamatan Martapura. Pemasarannya sampai ke Negara Malaysia dan Brunai Darussalam.
Danau Riam Kanan merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Sultan Adam yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio. Berjarak sekitar 65 km dari Kota Banjarmasin. Pegunungan Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau Riam Kanan yang luasnya 8000 hektar. Pulau Pinus yang terletak di tengah danau merupakan tempat-tempat ideal untuk berekreasi keluarga sambil menikmati kedamaian alam. Air danau yang jernih dan tenang sangatlah ideal pula untuk bertamasya air, berenang, maupun memancing.
Tidak jauh dari Kota Martapura terdapat obyek wisata budaya yaitu Desa Kelampayan Kecamatan Astambul, sebuah Makam Ulama besar yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, penyebar agama Islam di Kalimantan, makam ini banyak dikunjungi peziarah yang datang dari Malaysia dan Brunai Darussalam.
Pasar Terapung Lok Baintan berada di Sungai Martapura. Kegiatannya hampir sama dengan Pasar Terapung yang ada di tepi Sungai Barito dan yang membedakannya hanya para pedagang menggunakan topi yang disebut Tanggui.
Taman Hutan Pinus letaknya sekitar sekitar 35 km dari Kota Banjarmasin. Rekreasi di bawah Hutan Pinus yang rindang, sehingga sangat baik duduk di bawah pohon sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Taman Hutan Pinus merupakan penghijauan kota dan kebun pembinaan. Taman Hutan Raya Sultan Adam terletak di Desa Mandiangin Kecamatan Karang Intan, sekitar 55 km dari Kota Banjarmasin yang mempunyai luas 106.400 ha. Selain itu terdapat dua peninggalan jaman Belanda yang terletak 2 km dari Tahura. Di sana ada Gajah Kampung, Rusa dan Buaya yang dilindungi. Pengunjung datang setiap hari libur untuk menikmati alam yang indah dan sejuk, juga sebagai tempat penelitian dan perkemahan bagi pelajar dan mahasiswa.
D. Kabupaten Tapin
1. Goa Batu Hapu
Goa Batu Hapu yang terletak di Desa Batu Hapu Kecamatan Hatungun merupakan goa yang mempunyai panorama luar biasa yang mempunyai stalagnit dan stalagmit menghiasi dalam goa yang dapat menggugah kebesaran Allah SWT dalam ciptaanNya sebagai pelajaran pengetahuan alam, goa ini telah mendapatkan sentuhan perbaikan dan penataan, Pemerintah Daerah sehubungan kerusakan yang diakibatkan keserakahan oknum manusia yang hanya mengejar keuntungan ekonomi sesaat tanpamensyukuri nikmat lainnya yang disediakan oleh alam. Goa Batu Hapu letaknya dari pasar Binuang masuk sejauh 16 km dengan jalan yang sudah cukup baik, ditempuh dengan jalan santai sambil menikmati pemandangan kehidupan pedesaan dan nuansa alam pegunungan selama 30 menit, goa ini terletak dipegunungan sehingga yang mempunyai hobi tantangan panjat tebing disinilah nyalinya diuji, tetapi resiko ditanggung sendiri karena belum di asuransikan, masyarakat disekitar goa siap bermitra dengan waisatawan yang berkeinginan bermalam sambil menikmati makanan dan kehidupan masyarakat pedesaan. Event hiburan diadakan pada saat liburan dan hari-hari besar yaitu pada hari Raya Idul Fitri ke 2, Tahun Baru dan Liburan sekolah.
2. Makam Datu-datu atau Ulama Makam Datu Sanggul
Makam Datu atau Ulama telah di renovasi dan mendapatkan penambahan fasilitas sebagai upaya memfasilitasi peziarah yang merupakan salah satu budaya masyarakat yang bernuansa keagamaan, yang merupakan kekuatan pengembangan obyek wisata kabupaten Tapin sebagai wisata relegius. Pengembangan wisata ini sebagai upaya mengenal dan mengenang kembali sejarah, karena sebagai bangsa yang ingin maju tidak boleh melupakan sejarah perjuangan pendahulu kita, khususnya para Datu atau Ulama yang telah berjuang menyebarkan pengetahuan keagamaan dan kehidupan. Makam sebagai tujuan wisata ziarah antara lain makam Datu Nuraya yang merupakan makam panjang bahkan mungkin makam terpanjang di dunia (± 60 meter) dan haulannya (peringatan tahunan) adalah pada tanggal 14 Dzulhijjah. Makam ini terletak di Kecamatan Tapin Selatan. Selanjutnya adalah ziarah ke makam Datu Sanggul terletak di Desa Tatakan Kabupaten Tapin, haulannya setiap tanggal 21 Dzulhijjah, dari lokasi yang berdekatan perjalanan ziarah dilanjutkan ke makam Datu Suban yang dikenal sebagai guru Datu Sanggul haulannya setiap bulan Syawal setiap tahun, kemudian perjalanan diteruskan ke makam Syech Salman Alfarizi yang dikenal sebagai tokoh pendidikan juga ahli dalam bidang pertanian dari desa Gadung Kecamatan Bakarangan (± dari makam Datu Suban jaraknya 14 km) event haulannya setiap tanggal 9 Dzulhijjah.
E. Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kandangan merupakan kota transit bagi kendaraan Kota Banjarmasin yang akan menuju ke Kota Nagara atau sebaliknya. Kota kecil ini memiliki terminal yang cukup sibuk dan sebuah bangunan pasar tua dengan bentuk arsitektur yang mengesankan peninggalan era kolonial. Jika anda singgah di kota ini, cobalah makanan khas Kabupaten Kandangan yang lezat yaitu Ketupat yang dimakan dengan Gulai Ikan Haruan.
Nagara merupakan kota kecil yang ditempati Sungai Nagara (cabang Sungai Barito) dan sering meluap. Karena itu, rumah penduduk di tenpat ini umumnya adalah rumah yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi. Pada saat musim hujan, hampir seluruh bagian kota tertutupair kecuali jalan yang sengaja dibuat tinggi, namun pada puncak musim hujan, permukaan jalan juga tertutup air sehingga Nagara berubah menjadi semacam “Kota Air”.
Menurut catatan sejarah, Nagara yang terletak tidak jauh dari kota Kandangan, merupakan ibukota dari kerajaan pertama di Kalimantan Selatan bernama Nagara Dipa sebelum dipindahkan oleh Pangeran Samudera ke Bandarmasih yang kemudian berkembang menjadi Kota Banjarmasin saat ini. Nagara juga menjadi pusat kerajinan senjata tajam seperti pedang, golok dan keris. Para pengrajin ditempat ini mampu menghasilkan berbagai jenis senjata tajam seperti Mandau dengan bentuk yang indah dilengkapi dengan sarungnya.
Mandau adalah pedang tradisional suku Dayak yang dibuat di Desa Hadirau dan Tumbukan Banyu. Pembuatannya memnggunakan peralatan sederhana dan diselesaikan sekelompok pengrajin dan Mandau hanya di buat untuk hiasan. Tapi adapula Mandau yang khas dibuat sendiri oleh ahlinya dan pedang ini dipercayai memiliki kekuatan magis yang diisi melalui upacara ritual.
Pembuatan gerabah terletak di Desa Bayanan tidak jauh dari Pasar Nagara, pengunjung bisa menyaksikan setiap tahapan pembuatan dengan peralatan sederhana atau bahkan pengunjung bisa memcoba ikut untuk pembuatannya. Pengrajin biasanya membuat bermacam-macam bentuk Tembikar dan yang terkenal adalah Dapur Nagara atau Anglo.
Gunung Kentawan lebih dikenal sebagai lambang sari kawasan Loksado karena letaknya strategis dan dapat dilihat dari berbagai penjuru. Gunung ini adalah kawasan hutaqn lindung berupa gunung batu yang ditumbuhi pepohonan disekelilingnya, letak kawasan ini sekitar 28 Km dari kota Kandangan, dan untuk mencapainyahanya jalan kaki lewat Desa Lumpangi, muara Hanip atau Datar Belimbing (Hulu Banyu). Dengan memiliki luas sekitar 245 ha, didalamnya terdapat aneka jenis flora termasuk anggrek Hutan dan fauna yang dilindungi seperti Bekantan, Owa-Owa, Raja Udang (Halcyon SP)dll.
Air Panas Tanuhi merupakan obyek wisata yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi, disamping pemandangan yang indah juga tersedia beberapa fasilitas seperti : Cottag Type A dan B, Gazebo, Aula untuk pertemuaan, Kolam Renang, Kolam Berendam, Kolam Air Panas dari Panas Alam, Cafetaria, Lapangan Tenis dan Tempat Bermain Anak. Akses jalan menuju tempat lokasi sangat mudah dari Ibukota Propinsi Banjarmasin 168 km bisa ditempuh dengan roda 4 selama 4 jam.
Balai Adat Malaris adalah yang paling besar diantara bali yang lain dikawasan Loksado, berbeda dengan balia adat lainnya, balai ini masih dihuni dimana ada 40 keluarga besar. Berjarak 2,5 km dari Loksado. Tidak jauh dari Balai Malaris terdapat sebuah bendungan pembangkit tenaga listrik dan sebuah riam untuk bemandi ria, yaitu Riam Berajang dan Riam Anai.
Kawasan Loksado memiliki hutan primer banyak ditumbuhi pepohonan dan kayu-kayuan yang beraneka ragam. Jenis pohon yang tumbuh diwilayah ini adalah seperti: Meranti, Sungkai, Ulin, Karet, Kayu Manis, dan jenis pohon buah-buahan serta aneka jenis bunga Anggrek. Didalam hutan juga hidup berbagai satwa, seperti: Kijang, Kancil, Macam, Beruang, aneka jenis kera termasuk Bekantan, Satwa Melata dan jenis burung, seperti: Raja Udang, Enggang, Ayam, Hutan dll. Begitu pula dengan Kupu-Kupu dengan aneka warna yang menawan.
loksado arung jeram di kawasan Loksado (Mb)
Arung Jeram dengan rakit bambu di sungai Amandit adalah puncak dari kegiatan perjalanan setelah beberapa hari. Kegiatan inilah yang paling banyak disukai oleh banyak wisatawan dan yang palinng mengesankan. Ada beberapa lokasi yang bagus untuk memulai perjalanan dengan tingkat kesulitan dan waktu tempuh yang bervariasi tergantung dari keinginan wisatawan itu sendiri.
Air terjun Haratai terletak di desa lebih kurang 15 menit perjalanan dari Balai Haratai, dapat ditempuh dengan memasuki hutan bambu dan perkebuna karet atau kayu manis. Air terjun tersebut bertingkat tiga dengan ketinggian masing-masing 13 meter. Pengunjung dapat bermandi ria pada telaga, tetapi dibagian bawah air terjunnya, atau hanya duduk-dudk diatas bebatuan besar. Tersedia juga tempat ganti pakaian dan shel teruntuk beristirahat.
Air Terjun Riam Anai ± 2 km dari desa Malaris Kecamatan Loksado merupakan air terjun yang sangat deras dengan ketinggian 4 meter.
Air Terjun Kilat Api terletak di deas Tanuhi 4 km dari penginapan/cottage Tanuhi. Bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4 atau roda 2.
F. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Mesjid Al-A’la di desa Jatuh, Kecamatan Pandawan merupakan mesjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Masjid ini merupakan cikal bakal berkibarnya bendera dakwah syiar agama Islam. Masih di Kecamatan ini terdapat pula masjid tua yang disebut Masjid Keramat dan keunggulan dari tempat ibadah ini konon memberikan rasa khusyu.
Wisata religius lainnya yang dapat dilakukan adalah mengunjungi Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih yang mendidik ribuan calon ulama muda dan pemimpin umat masa depan. Mengunjungi makam keramat Wali Katum juga menarik karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat Kalimantan Selatan dan juga wisatawan.
Untuk kegiatan wisata alam ada obyek wisata air panas di kaki bukit yang hijau dimana terdapat sumber air panas yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Di sini terdapat pula kolam okan dan kolam pancing yang selalu ramai di kunjungi masyarakat setempat.
Obyek wisata Pagat Batu Benawa memiliki panorama alam yang indah. Alamnya yang indah, air yang jernih, dan alamnya yang damai membuat lokasi wisata ini banyak dikunjungi wisatawan. Lok Laga Ria adalah obyek yang berada di Kecamatan Haruyan dikelilingi hutan. Sungainya banyak memiliki jeram.
Kawasan wisata Nateh di Kecamatan Batang Alai Timur, sekitar 15 km dari Kota Barabai memiliki panorama alam yang indah. Di sini bertebaran bukit-bukit batu raksasa yang kaya dengan pesona goa dan sungai berair jernih.
Goa Liang Hadangan memiliki stalagnit dan stalagmit dengan panorama alam yang sangat mengesankan dan lokasinya sekitar 10 km dari Kota Barabai yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.
Gunung Batu Benawa merupakan lokasi perkemahan yang digemari para pecinta alam, letaknya sekitar 9 km dari Kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
G. Kabupaten Hulu Sungai Utara
Kota Amuntai, Ibukotanya Kabupaten Hulu Sungai Utara diapit dua sungai yaitu sungai Tabalong dan Balangan. Untuk wisata kota, wisatawan dapat mengunjungi Masjid Raya Amuntai, Pantai Amuntai atau melongok Taman Kota Junjung Buih, berkunjung ke Monumen Perjuangan/melihat Monumen Itik Alabio yang menghiasi kota.
Obyek wisata di daerah ini adalah Situs Candi Agung, peninggalan dari kerajaan Negara Dipa yang dibangun oleh Empu Jatmika pada abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan inilah akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Kota Banjarmasin.
Menyaksikan lomba renang unik yaitu lomba renang Kerbau Rawa yang menjadi atraksi yang menarik. Kerbau Rawa atau biasa disebut Kebau Kalang yang hidupnya lebuh banyak di air. Untuk menarik kunjungan wisatawan maka dilakukan terobosan dengan membuat lomba renang kerbau rawa.
Masjid Jami Sungai Banar merupakan masjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang dibangun tahun 1218 H. selain tempat ibadah juga pernah dipergunakan para pejuang kemerdekaan RI untuk menyusun strategi melawan penjajah Belanda, masjid ini sudah masuk dalam daftar cagarbudaya dan banyak di kunjungi orang untuk berziarah.
H. Kabupaten Tabalong
Obyek wisata dalam Kinarum Indah sangat menarik karena riak dan hempasan air yang mengalir di sela-sela batu hampar yang luas. Batu ini mempunyai legenda tersendiri sesuai dengan beda warnanya.
Dari alkisah masyarakat, batu tersebut jatuh ketika sedang di bawa oleh seorang sakti yang bermaksud membendung Sungai Jaing guna mencari sang Putri. Hingga sekarang lokasi Kinarum Indah sering dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat meminta hajat/doa keselamatan sesuai dengan adat budaya masyarakat Dayak setempat. Lokasi obyek wisata ini terletak di Desa Kinarum dan ditempuh dalam jarak 45 km dari ibukota Kabupaten dan 6 km dari ibukota Kecamatan Upau.
Topografi wilayah di kawasan ini berbukit dan bergunung dengan panorama alamnya yang cukup indah dikelilingi hutan yang lebat. Jarak tempuh obyek wisata ini dari ibukota Propinsi 330 km dan dari ibukota Kabupaten 85 km, dengan jalan aspal hotmix berada pada sisi lintas jurusan Kota Banjarmasin dan Kota Balikpapan.
I. Kabupaten Tanah Laut
Pantai Takisung

Pantai Takisung terletak di Kecamatan Takisung  yaitu sebelah barat wilayah Kabupaten Tanah Laut. Berjarak kurang lebih 22 km dari kota Pelaihari atau kurang lebih 87 km dari ibu kota Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin. Meskipun Pantai Takisung merupakan Laut Jawa, namun ombaknya tidak besar seperti halnya pantai selatan pulau Jawa. Sehingga aman untuk wisata maupun menjadi pemukiman. Sebagai objek wisata, Pantai Takisung bisa digolongkan obyek wisata pantai yang mempesona dengan pemandangan pantai  yang dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa dengan pasirnya yang coklat seperti air lautnya (untuk identifikasi airnya, yaitu dari hasil observasi didapatkan pH airnya 9 yang tergolong basa dengan suhu 250C dan kecepatan aliran airnya sebesar 1927 rpm, sedangkan tingkat kecerahan airnya sebesar 32 cm), ditemanin banyak pasar-pasar yang menjual jajanan khas pantai, mulai dari ikan asin, hiasan kerang, udang, ikan, sampai terumbu karang langsung dari nelayan. Ditambah lagi Pemerintah Kabupaten Tanah Laut yang terus mempoles objek wisata ini melalui pembangunan sejumlah fasilitas umum yang tak dimiliki objek wisata pantai lainnya. Diantaranya, selter, panggung permanen, rumah makan, dan penginapan. Wisata Indonesia Surga Dunia sumber
Pantai Swarangan

Pantai Swarangan terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong. Aksesibilitas ke obyek tersebut dapat ditempuh melalui transportasi darat dengan jarak tempuh ± 52 km dari ibukota Kabupayen Tanah Laut ( Pelaihari).
2. Pantai Batu Lima
Pantai Batu Lima terletak di Desa Kuala Tambangan Kecamatan Takisung, dari ibukota Kabupaten Tanah Laut (Pelaihari) berjarak ± 35 km. sarana yang tersedia di objek ini seperti : Play Ground, Shelter dan Cottage yang berjumlah 18 buah.
3. Bukit Khayangan
Bukit Khayangan memiliki pesona yang memukau dengan pemandangan perbukitan dan hamparan perkebunan Kelapa Sawit. Aksesibilitas darat dapat ditempuh ± 55 km dari Kota Banjarmasin tepatnya sebelum kita menuju/memasuki Kota Pelaihari tentunya melewati objek wisata tersebut. Sarana yang tersedia saat ini berupa tempat ibadah (Mushola), dan jenis wisata yang bisa dikembangkan berupa wisata MICE (Wisata Meeting and Conference).
J. Kabupaten Tanah Bumbu
Kabupaten Tanah Bumbu mempunyai Pantai yang cukup panjang sekitar 200 km, dengan panorama yang indah. Masyarakat yang datang ke Kabupaten Tanah Bumbu setelah melewati Kecamatan Sungai Loban menuju Pagatan akan disambut dengan sejuknya udara laut. Ada tiga lokasi yang sementara ini dijadikan sebagai obyek wisata pantai antara lain wisata Pantai Rindu Alam, Pulau Salak dan Pulau Pagatan.
Obyek wisata alam lainnya adalah sebuah pulau yang terletak di selat laut dan berbatasan dengan Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru dengan luas wilayah sekitar 4500 m² dengan panjang sekitar 15 km terletak memisah.
Kita dapat mengelilingi pulau tersebut naik perahu motor sekitar 1 jam. Konon kabarnya pada tahun 1970 seseorang peneliti dari Amerika pernah mengadakan penelitian dari hasil survey dan observasi terdapat kandungan nikel dan batubara.
Di pulau ini terdapat sumber mata air tawar. Ini menjadi pendapatan masyarakat yang bertempat tinggal disana dengan menjual air tawar ke Batulicin jika musim kemarau. Produksi air bersih rata-rata 40 m³ per hari, kendati kemarau sumber ini tidak pernah kering dengan kualitas air yang jernih.
Di pulau ini juga ada 2 buah lubang yang kedalamannya sekitar 15 m mengarah ke dalam dan apabila kita berjalan di atas lubang tersebut terdengar bunyi dengungan yang memantulkan bahwa lubang tersebut besar.
Menarik untuk menjadi tantangan bagi pecinta alam, serta kita yang ingin menikmati keindahan alam Pulau Sewangi dengan lebatnya hutan di pulau ini, maka ini dikatakan sebagai paru-parunya kabupaten Tanah Bumbu.
Di Kabupaten Tanah Bumbu juga terdapat Goa Sugung yang terjadi dari proses alam terletak di km 44, jalan Kadeco Kecamatan Mentewe dengan luas sekitar 12 ha, dan jarak dari ibukota dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam dengan kendaraan roda 4 dan roda 2.
Sebuah pemandangan yang jarang kita temui disini, kita dapat merasakan kesejukan saat berada di dalam goa, pada hari libur tidak jarang Goa Sugung menjadi pilihan bagi masyarakat sekitar untuk berekreasi. Bagi pecinta goa tempat ini merupakan tantangan tersendiri dan menjadi wahana atau objek penelitian.
K. Kabupaten Kotabaru
Belum lengkap kalu wisata ke Kabupaten Kotabaru kalau kita belum mengunjungi pantai Gedambaan 14 km dari Kota Kotabaru dengan pemandangan yang khas dan ditambah sarana pendukung seperti Cottage (penginapan), Mushola, Kolam Pemancingan dan Warung Makan serta tempat duduk yang banyak tersedia. Dengan sarana parkir yang luas akan memudahkan kita untuk berpiknik di Pantai Gedambaan. Dan tidur di Cottage Pantai Gedambaan.
Batu Jodoh terletak di Pantai Aru Kecamatan Pulau Laut Selatan merupakan tempat yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat terkabul segala ikrar sepasang kekasih. Perjanjian atau ikrar dilakukan dengan duduk di atas kedua batu tersebut kemudian sepasang kekasih tersebut saling berikrar dengan begitu mereka meyakini bahwa ikrar mereka tersebut dapat terkabul. Keyakinan ini sudah dipercaya masyarakat secara turun temurun sehingga banyak wisatawan yang melakukan ikrar di atas batu tersebut sebagai pembuktian dari keyakinan masyarakat.
L. Kabupaten Barito Kuala
Pulau Kaget terletak sekitar 12 km ke arah hulu dari Sungai Barito yang merupakan habitat dari hewan unik yaitu Monyet Besar Berhidung Panjang atau oleh penduduk setempat disebut dengan Kera Belanda/Bekantan karena hidungnya panjang, mukanya merah serta perutnya yang gendut.
Pulau Kembang dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor selama 30 menit dari pusat Kota Banjarmasin. Di pulau ini terdapat sebuah Vihara Cina yang sudah sangat tua dan banyak dikunjungi keluarga Cina untuk beribadah. Umumnya para pengunjung datang pada hari Minggu dan Vihara ini dijaga oleh sekumpulan kera berekor panjang yang banyak mendapatkan makanan dari pengunjung seperti kacang, pisang dan telur.
Kabupaten Marabahan adalah sebuah kota kecil yang terletak sekitar 65 km dari Kota Banjarmasin ke Hulu Sungai Barito. Di kota ini wisatawan dapat melihat rumah-rumah tua bergaya tradisional Banjar yang terbuat dari kayu di pinggir sungai dengan suasana kehidupan masyarakat disekitar sungai. Dari Marabahan anda dapat menyewa perahu motor ke Margasari yaitu sebuah desa yang menghasilkan aneka barang kerajinan tangan terbuat dari rotan dan bambu seperti Tas, Bakul, Kipas Tangan dan Topi. (sumb:Pemprop Kalsel)
Profil Objek Wisata Kalimantan SelatanA. Kota BanjarmasinPropinsi Kalimantan Selatan Ibukotanya Kota Banjarmasin dan wilayah ini banyak dilalui sungaibesar dan sungai kecil (kanal). Banyak sekali kegiatan masyarakat yang dilakukan di sungai termasuk kegiatanperdagangan yang dikenal dengan pasar terapung. Penduduk kota Banjarmasin masih banyak yang tinggal di atas air.
Rumah-rumah penduduk dibangun diatas tiang atau diatas rakit dipinggir sungai. Budaya sungai terus berkembang, memberikan corak budaya tersendiri dan menarik. Salah satu kegiatan wisata palingmenarik di kota Banjarmasin adalah berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal. Daerah pinggiran kota pemandanganalam sungainya masih asli dan wisatawan dapat menyusuri sepanjang sungai Martapura dan sungai Barito denganmenggunakan perahu Klotok dan Speedboat. Pusat Kota Banjarmasin terletak di sepanjang jalan Pasar Baru,sementara kawasan perkantoran khususnya Bank terdapat di jalan Lambung Mangkurat. Sungai Barito berada disebelah Baratnya dari pusat kota.
Sebagian besar kegiatan masyarakat di Banjarmasin terjadi sungai atau disekitarsungai. Oleh karena itu sangatlah menarik menyaksikan kehidupan Kota dari tengah sungai. Wisatawan dapatmenyewakan perahu motor yang mangkal di tepi sungai dengan tarif sekitar Rp. 75.000 per jam guna memulaiperjalanan menyusuri sungai melewati sejumlah lokasi penarikan dengan waktu tempuh dua hingga tiga jam.
Perjalanandi mulai dengan melewati Mesjid Raya Sabilal Muhtadin menuju kepasar kuin dimana air sungai Kuin mengalir menujusungai Barito. Wisatawan dapat juga singgah di Pulau Kembang dan kemudian melanjutkan perjalanan melaluipenggergajian kayu di sungai Alalak dan kembali ke Pusat Kota melalui Sungai Andai.
Pasar Terapung adalah pasartradisional yang sudah ada sejak dulu dan merupakan refleksi budaya sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi unik initempat melakukan transaksi di atas air dengan menggunakan perahu besar maupun kecil yang berdatangan dariberbagai pelosok. Pasar Terapung hanya berlangsung pada pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 09.00 setiap hari.
Dan dengan perahu Klotok dari Kota Banjarmasin dapat dicapai sekitar 30 menit. Wisatawan harus datang pagi-pagi untukdapat melihat kesibukan Pasar Terapung ini. Salah satu Pasar Terapung di Banjarmasin adalah Pasar Kuin yangterletak di persimpangan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito.Sejak dahulu Kalimantan, khususnya KalimantanSelatan terkenal dengan hasil kayu dan rotan. Pada masa lalu kayu yang ditebang langsung dikirim keluar Kalimantan,tetapi saat ini sebelum dikirim keluar daerah terlebih dahulu diolah menjadi bahan setengah jadi, demikian juga untukindustri rotan.
Sasirangan adalah batik khas Kalimantan Selatan yang pada jaman dahulu digunakan untuk mengusir rohjahat dan hanya dipakai oleh kalangan orang-orang terdahulu seperti keturunan raja dan bangsawan. Proses pembuatanmasih dikerjakan secara tradisional. Lokasi penjualannya di kecamatan Banjar Timur, 20 menit dari pusat KotaBanjarmasin.Salah satu Landmark Kota Banjarmaisn adalah Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada dijalan JendralSudirman. Mesjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri megah dijantung kota Banjarmasin menghadap Sungai Martapura.Bangunan Masjid arsitektur modern dengan di kelilingi lima menara yang menjulang tinggi serta taman masjid yang luasdan indah.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin berlantai dua mempunyai kapasitas tempat sholat untuk 15.000 jemaah danmerupakan masjid kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan dan pusat pengkajian agama Islam.B. Kota BanjarbaruKota yang terletak di sebelah Tenggara Kota banjarmasin ini memiliki sebuah Museum yang berisibenda-benda peninggalanSuku Banjar dan Dayak. Patung-patung yang berasal dari Candi Hindu yang ada diKalimantan juga terdapat di Museum Lambung Mangkurat ini. Juga terdapat meriam, pedang dan benda-benda lain sisa-sisa perang melawan Belanda.
Koleksi Museum Lambung Mangkurat lainnya adalah peralatan Sunat Tradisional Banjarseperti Pisau dan Daun yang digunakan sebagai Antibiotic.Museum Lambung Mangkurat terletak di Kota Banjarbarusekitar 35 km dari Kota Banjarmasin, menyimpan berbagai peninggalan sejarah dan budaya serta gambaran dari padawajah Kalimantan Selatan dalam berbagai aspek kehidupan alam dan potensial alamnya. Koleksi paling menarik dariMuseum Lambung Mangkurat ini adalah benda-benda hasil penggalian dari Candi-Candi Hindu seperti Candi Laras diRantau dan Candi Agung di Amuntai.
Di Kalimantan Timur antara lain Patung Sapi Nandi dan Symbol Alat KelaminDewa Syiwa yang disebut Lingang. Sisa-sisa Candi Laras terdapat di Desa Margasari, di dekat Kota Rantau, sedangkansisa-sisa Candi Agung terdapat di Kota Amuntai yang berjarak 150 km dari Banjarmasin. Barang koleksi Museum terdiridari peninggalan Sultan Banjar, benda purbakala dari Candi Agung dan Candi Laras, Perkakas dari Batu, Ukiran KayuUlin, Perkakas Pertanian dan Perabot Rumah Tangga, Alat Musik Tradisional dan sebagainya. Bangunan Museum ini perpaduan bentuk rumah tradisional yang bergaya modern diresmikan pada tahun 1979.PendulanganKawasan Pendulangan Intan Tradisional berada di Kecamatan Cempaka. Bagi penduduk Desa Cempaka,mendulang intan merupakan mata pencaharian turun temurun. Para pendulang biasanya berkelompok-kelompokmengali lobang pada kedalam sekitar 10-12 meter dengan menggunakan perkakas tradisional dan metode lama.
Merekabekerja keras mengadu nasib. Bahan galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir Intan, terkadangpendulang menemukan pula Batu Akik dan Pasir Emas.Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yangterletak 47 km dari Kota Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru.
Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsungbagaimana para pekerja mencari Intan atau Emas di lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur. Dari catatansejarah di tambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat 20 karat pada tahun 1846, rekor ini kemudiandipecahkan pada tahun 1850 dengan ditemukannya intan yang lebih besar lagi seberat 167,5 karat.C. Kabupaten BanjarDaya tarik Kota yang terletak di dekat Kota Banjarbaru ini adalah suasana pasar tradisional yanghanya digelar setiap hari Jumat. Pasar ini ramai dikunjungi para wanita Banjar dengan pakaian tradisional mereka yangberwarna-warni. Di lokasi pasar ini terdapat sebuah bangunan pasar berbentuk tradisional Banjar dengan atapnya berwarna biru.
Di pasar yang luas ini, wanita Banjar menjual aneka barang termasuk berbagai jenis makanan. Jika andapenggemar batu permata, pasar ini adalah tempatnya. Pedagang batu permata menyediakan berbagai macam bentukbatu seperti intan dan batu permata lainnya, baik yang sudah di asah ataupun yang masih kasar. Berbagai bentuk manik-manik juga tersedia dan juga perhiasan perak. Anda juga dapat mengunjungi penggosokan intan Kayu Tangi di JalanSukaramai, yang berada di belakang pasar ini.
Di jantung Kota Martapura banyak ditemukan rumah-rumah tempatpenggosokan intan baik secara tradisional maupun modern yang terkenal adalah penggosokan Intan Tradisional KayuTangi Martapura. Di sini intan dan batu-batuan di bawa dan di gosok secara tradisional dengan berbagai macam bentuk.
Selain terdapat penggosokan Batu Aji, tidak kalah menariknya adalah kerajinan Manik-manik atau hiasan Arguci yangdikerjakan secara unik dan berkelompok-kelompok oleh para pengrajin di Desa Melayu, Kecamatan Martapura.Pemasarannya sampai ke Negara Malaysia dan Brunai Darussalam.Danau Riam Kanan merupakan bagian dari TamanHutan Raya Sultan Adam yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio.
Berjarak sekitar 65 km dari KotaBanjarmasin. Pegunungan Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau Riam Kanan yang luasnya 8000 hektar.Pulau Pinus yang terletak di tengah danau merupakan tempat-tempat ideal untuk berekreasi keluarga sambil menikmatikedamaian alam. Air danau yang jernih dan tenang sangatlah ideal pula untuk bertamasya air, berenang, maupunmemancing.Tidak jauh dari Kota Martapura terdapat obyek wisata budaya yaitu Desa Kelampayan KecamatanAstambul, sebuah Makam Ulama besar yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, penyebar agama Islam diKalimantan, makam ini banyak dikunjungi peziarah yang datang dari Malaysia dan Brunai Darussalam.Pasar TerapungLok Baintan berada di Sungai Martapura. Kegiatannya hampir sama dengan Pasar Terapung yang ada di tepi SungaiBarito dan yang membedakannya hanya para pedagang menggunakan topi yang disebut Tanggui.Taman Hutan Pinusletaknya sekitar sekitar 35 km dari Kota Banjarmasin. Rekreasi di bawah Hutan Pinus yang rindang, sehingga sangatbaik duduk di bawah pohon sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Taman Hutan Pinus merupakanpenghijauan kota dan kebun pembinaan.
Taman Hutan Raya Sultan Adam terletak di Desa Mandiangin KecamatanKarang Intan, sekitar 55 km dari Kota Banjarmasin yang mempunyai luas 106.400 ha. Selain itu terdapat duapeninggalan jaman Belanda yang terletak 2 km dari Tahura.
Di sana ada Gajah Kampung, Rusa dan Buaya yangdilindungi. Pengunjung datang setiap hari libur untuk menikmati alam yang indah dan sejuk, juga sebagai tempatpenelitian dan perkemahan bagi pelajar dan mahasiswa.D. Kabupaten Tapin1. Goa Batu Hapu Goa Batu Hapu yang terletak di Desa Batu Hapu Kecamatan Hatungun merupakan goa yangmempunyai panorama luar biasa yang mempunyai stalagnit dan stalagmit menghiasi dalam goa yang dapat menggugahkebesaran Allah SWT dalam ciptaanNya sebagai pelajaran pengetahuan alam, goa ini telah mendapatkan sentuhanperbaikan dan penataan, Pemerintah Daerah sehubungan kerusakan yang diakibatkan keserakahan oknum manusiayang hanya mengejar keuntungan ekonomi sesaat tanpamensyukuri nikmat lainnya yang disediakan oleh alam. GoaBatu Hapu letaknya dari pasar Binuang masuk sejauh 16 km dengan jalan yang sudah cukup baik, ditempuh denganjalan santai sambil menikmati pemandangan kehidupan pedesaan dan nuansa alam pegunungan selama 30 menit, goaini terletak dipegunungan sehingga yang mempunyai hobi tantangan panjat tebing disinilah nyalinya diuji, tetapi resikoditanggung sendiri karena belum di asuransikan, masyarakat disekitar goa siap bermitra dengan waisatawan yangberkeinginan bermalam sambil menikmati makanan dan kehidupan masyarakat pedesaan.
Event hiburan diadakan padasaat liburan dan hari-hari besar yaitu pada hari Raya Idul Fitri ke 2, Tahun Baru dan Liburan sekolah.2. Makam Datu-datu atau Ulama Makam Datu SanggulMakam Datu atau Ulama telah di renovasi dan mendapatkanpenambahan fasilitas sebagai upaya memfasilitasi peziarah yang merupakan salah satu budaya masyarakat yangbernuansa keagamaan, yang merupakan kekuatan pengembangan obyek wisata kabupaten Tapin sebagai wisatarelegius. Pengembangan wisata ini sebagai upaya mengenal dan mengenang kembali sejarah, karena sebagai bangsayang ingin maju tidak boleh melupakan sejarah perjuangan pendahulu kita, khususnya para Datu atau Ulama yang telahberjuang menyebarkan pengetahuan keagamaan dan kehidupan.
Makam sebagai tujuan wisata ziarah antara lainmakam Datu Nuraya yang merupakan makam panjang bahkan mungkin makam terpanjang di dunia (± 60 meter) danhaulannya (peringatan tahunan) adalah pada tanggal 14 Dzulhijjah. Makam ini terletak di Kecamatan Tapin Selatan.Selanjutnya adalah ziarah ke makam Datu Sanggul terletak di Desa Tatakan Kabupaten Tapin, haulannya setiap tanggal21 Dzulhijjah, dari lokasi yang berdekatan perjalanan ziarah dilanjutkan ke makam Datu Suban yang dikenal sebagaiguru Datu Sanggul haulannya setiap bulan Syawal setiap tahun, kemudian perjalanan diteruskan ke makam SyechSalman Alfarizi yang dikenal sebagai tokoh pendidikan juga ahli dalam bidang pertanian dari desa Gadung KecamatanBakarangan (± dari makam Datu Suban jaraknya 14 km) event haulannya setiap tanggal 9 Dzulhijjah.E.
Kabupaten Hulu Sungai SelatanKandangan merupakan kota transit bagi kendaraan Kota Banjarmasin yang akanmenuju ke Kota Nagara atau sebaliknya. Kota kecil ini memiliki terminal yang cukup sibuk dan sebuah bangunan pasartua dengan bentuk arsitektur yang mengesankan peninggalan era kolonial. Jika anda singgah di kota ini, cobalahmakanan khas Kabupaten Kandangan yang lezat yaitu Ketupat yang dimakan dengan Gulai Ikan Haruan.Nagaramerupakan kota kecil yang ditempati Sungai Nagara (cabang Sungai Barito) dan sering meluap. Karena itu, rumahpenduduk di tenpat ini umumnya adalah rumah yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi. Pada saat musim hujan, hampirseluruh bagian kota tertutupair kecuali jalan yang sengaja dibuat tinggi, namun pada puncak musim hujan, permukaanjalan juga tertutup air sehingga Nagara berubah menjadi semacam “Kota Air”.Menurut catatan sejarah,Nagara yang terletak tidak jauh dari kota Kandangan, merupakan ibukota dari kerajaan pertama di Kalimantan Selatan bernama Nagara Dipa sebelum dipindahkan oleh Pangeran Samudera ke Bandarmasih yang kemudian berkembangmenjadi Kota Banjarmasin saat ini.
Nagara juga menjadi pusat kerajinan senjata tajam seperti pedang, golok dan keris.Para pengrajin ditempat ini mampu menghasilkan berbagai jenis senjata tajam seperti Mandau dengan bentuk yangindah dilengkapi dengan sarungnya.Mandau adalah pedang tradisional suku Dayak yang dibuat di Desa Hadirau danTumbukan Banyu.
Pembuatannya memnggunakan peralatan sederhana dan diselesaikan sekelompok pengrajin danMandau hanya di buat untuk hiasan. Tapi adapula Mandau yang khas dibuat sendiri oleh ahlinya dan pedang inidipercayai memiliki kekuatan magis yang diisi melalui upacara ritual. Pembuatan gerabah terletak di Desa Bayanan tidakjauh dari Pasar Nagara, pengunjung bisa menyaksikan setiap tahapan pembuatan dengan peralatan sederhana ataubahkan pengunjung bisa memcoba ikut untuk pembuatannya. Pengrajin biasanya membuat bermacam-macam bentukTembikar dan yang terkenal adalah Dapur Nagara atau Anglo.Gunung Kentawan lebih dikenal sebagai lambang sarikawasan Loksado karena letaknya strategis dan dapat dilihat dari berbagai penjuru. Gunung ini adalah kawasan hutaqnlindung berupa gunung batu yang ditumbuhi pepohonan disekelilingnya, letak kawasan ini sekitar 28 Km dari kotaKandangan, dan untuk mencapainyahanya jalan kaki lewat Desa Lumpangi, muara Hanip atau Datar Belimbing (HuluBanyu).
Dengan memiliki luas sekitar 245 ha, didalamnya terdapat aneka jenis flora termasuk anggrek Hutan dan faunayang dilindungi seperti Bekantan, Owa-Owa, Raja Udang (Halcyon SP)dll.Air Panas Tanuhi merupakan obyek wisatayang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi, disamping pemandangan yang indah juga tersedia beberapa fasilitasseperti : Cottag Type A dan B, Gazebo, Aula untuk pertemuaan, Kolam Renang, Kolam Berendam, Kolam Air Panas dariPanas Alam, Cafetaria, Lapangan Tenis dan Tempat Bermain Anak. Akses jalan menuju tempat lokasi sangat mudahdari Ibukota Propinsi Banjarmasin 168 km bisa ditempuh dengan roda 4 selama 4 jam.Balai Adat Malaris adalah yangpaling besar diantara bali yang lain dikawasan Loksado, berbeda dengan balia adat lainnya, balai ini masih dihunidimana ada 40 keluarga besar. Berjarak 2,5 km dari Loksado. Tidak jauh dari Balai Malaris terdapat sebuah bendunganpembangkit tenaga listrik dan sebuah riam untuk bemandi ria, yaitu Riam Berajang dan Riam Anai.Kawasan Loksadomemiliki hutan primer banyak ditumbuhi pepohonan dan kayu-kayuan yang beraneka ragam. Jenis pohon yang tumbuhdiwilayah ini adalah seperti: Meranti, Sungkai, Ulin, Karet, Kayu Manis, dan jenis pohon buah-buahan serta aneka jenisbunga Anggrek. Didalam hutan juga hidup berbagai satwa, seperti: Kijang, Kancil, Macam, Beruang, aneka jenis keratermasuk Bekantan, Satwa Melata dan jenis burung, seperti: Raja Udang, Enggang, Ayam, Hutan dll. Begitu puladengan Kupu-Kupu dengan aneka warna yang menawan.Arung Jeram dengan rakit bambu di sungai Amandit adalahpuncak dari kegiatan perjalanan setelah beberapa hari. Kegiatan inilah yang paling banyak disukai oleh banyakwisatawan dan yang palinng mengesankan. Ada beberapa lokasi yang bagus untuk memulai perjalanan dengan tingkatkesulitan dan waktu tempuh yang bervariasi tergantung dari keinginan wisatawan itu sendiri.Air terjun Haratai terletak didesa lebih kurang 15 menit perjalanan dari Balai Haratai, dapat ditempuh dengan memasuki hutan bambu danperkebuna karet atau kayu manis.
Air terjun tersebut bertingkat tiga dengan ketinggian masing-masing 13 meter.Pengunjung dapat bermandi ria pada telaga, tetapi dibagian bawah air terjunnya, atau hanya duduk-dudk diatasbebatuan besar. Tersedia juga tempat ganti pakaian dan shel teruntuk beristirahat.Air Terjun Riam Anai ± 2 km dari desaMalaris Kecamatan Loksado merupakan air terjun yang sangat deras dengan ketinggian 4 meter.Air Terjun Kilat Apiterletak di deas Tanuhi 4 km dari penginapan/cottage Tanuhi. Bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4 atau roda 2.F. Kabupaten Hulu Sungai TengahMesjid Al-A’la di desa Jatuh, Kecamatan Pandawan merupakan mesjid tertua diKabupaten Hulu Sungai Tengah. Masjid ini merupakan cikal bakal berkibarnya bendera dakwah syiar agama Islam.Masih di Kecamatan ini terdapat pula masjid tua yang disebut Masjid Keramat dan keunggulan dari tempat ibadah inikonon memberikan rasa khusyu.Wisata religius lainnya yang dapat dilakukan adalah mengunjungi Pondok PesantrenIbnul Amin Pamangkih yang mendidik ribuan calon ulama muda dan pemimpin umat masa depan. Mengunjungi makamkeramat Wali Katum juga menarik karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat Kalimantan Selatan danjuga wisatawan.Untuk kegiatan wisata alam ada obyek wisata air panas di kaki bukit yang hijau dimana terdapat sumberair panas yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Di sini terdapat pula kolam okan dan kolam pancing yangselalu ramai di kunjungi masyarakat setempat.Obyek wisata Pagat Batu Benawa memiliki panorama alam yang indah.Alamnya yang indah, air yang jernih, dan alamnya yang damai membuat lokasi wisata ini banyak dikunjungi wisatawan.Lok Laga Ria adalah obyek yang berada di Kecamatan Haruyan dikelilingi hutan. Sungainya banyak memilikijeram.Kawasan wisata Nateh di Kecamatan Batang Alai Timur, sekitar 15 km dari Kota Barabai memiliki panorama alamyang indah. Di sini bertebaran bukit-bukit batu raksasa yang kaya dengan pesona goa dan sungai berair jernih.GoaLiang Hadangan memiliki stalagnit dan stalagmit dengan panorama alam yang sangat mengesankan dan lokasinyasekitar 10 km dari Kota Barabai yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.Gunung Batu Benawa merupakanlokasi perkemahan yang digemari para pecinta alam, letaknya sekitar 9 km dari Kota Barabai, Kabupaten Hulu SungaiTengah.G. Kabupaten Hulu Sungai UtaraKota Amuntai, Ibukotanya Kabupaten Hulu Sungai Utara diapit dua sungai yaitu sungaiTabalong dan Balangan. Untuk wisata kota, wisatawan dapat mengunjungi Masjid Raya Amuntai, Pantai Amuntai ataumelongok Taman Kota Junjung Buih, berkunjung ke Monumen Perjuangan/melihat Monumen Itik Alabio yang menghiasikota.Obyek wisata di daerah ini adalah Situs Candi Agung, peninggalan dari kerajaan Negara Dipa yang dibangun olehEmpu Jatmika pada abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan inilah akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara danKerajaan Kota Banjarmasin.Menyaksikan lomba renang unik yaitu lomba renang Kerbau Rawa yang menjadi atraksiyang menarik. Kerbau Rawa atau biasa disebut Kebau Kalang yang hidupnya lebuh banyak di air. Untuk menarikkunjungan wisatawan maka dilakukan terobosan dengan membuat lomba renang kerbau rawa. Masjid Jami SungaiBanar merupakan masjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang dibangun tahun 1218 H. selain tempat ibadahjuga pernah dipergunakan para pejuang kemerdekaan RI untuk menyusun strategi melawan penjajah Belanda, masjid ini sudah masuk dalam daftar cagarbudaya dan banyak di kunjungi orang untuk berziarah.H. Kabupaten TabalongObyek wisata dalam Kinarum Indah sangat menarik karena riak dan hempasan air yang mengalirdi sela-sela batu hampar yang luas. Batu ini mempunyai legenda tersendiri sesuai dengan beda warnanya. Dari alkisahmasyarakat, batu tersebut jatuh ketika sedang di bawa oleh seorang sakti yang bermaksud membendung Sungai Jaingguna mencari sang Putri. Hingga sekarang lokasi Kinarum Indah sering dijadikan oleh masyarakat sebagai tempatmeminta hajat/doa keselamatan sesuai dengan adat budaya masyarakat Dayak setempat. Lokasi obyek wisata initerletak di Desa Kinarum dan ditempuh dalam jarak 45 km dari ibukota Kabupaten dan 6 km dari ibukota KecamatanUpau. Topografi wilayah di kawasan ini berbukit dan bergunung dengan panorama alamnya yang cukup indah dikelilingihutan yang lebat. Jarak tempuh obyek wisata ini dari ibukota Propinsi 330 km dan dari ibukota Kabupaten 85 km,dengan jalan aspal hotmix berada pada sisi lintas jurusan Kota Banjarmasin dan Kota Balikpapan.I. Kabupaten Tanah Laut1. Pantai Swarangan Pantai Swarangan terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong. Aksesibilitas ke obyek tersebutdapat ditempuh melalui transportasi darat dengan jarak tempuh ± 52 km dari ibukota Kabupayen Tanah Laut ( Pelaihari).2. Pantai Batu LimaPantai Batu Lima terletak di Desa Kuala Tambangan Kecamatan Takisung, dari ibukota KabupatenTanah Laut (Pelaihari) berjarak ± 35 km. sarana yang tersedia di objek ini seperti : Play Ground, Shelter dan Cottageyang berjumlah 18 buah.3. Bukit KhayanganBukit Khayangan memiliki pesona yang memukau dengan pemandangan perbukitan dan hamparanperkebunan Kelapa Sawit. Aksesibilitas darat dapat ditempuh ± 55 km dari Kota Banjarmasin tepatnya sebelum kitamenuju/memasuki Kota Pelaihari tentunya melewati objek wisata tersebut. Sarana yang tersedia saat ini berupa tempatibadah (Mushola), dan jenis wisata yang bisa dikembangkan berupa wisata MICE (Wisata Meeting and Conference).J. Kabupaten Tanah BumbuKabupaten Tanah Bumbu mempunyai Pantai yang cukup panjang sekitar 200 km, denganpanorama yang indah. Masyarakat yang datang ke Kabupaten Tanah Bumbu setelah melewati Kecamatan SungaiLoban menuju Pagatan akan disambut dengan sejuknya udara laut. Ada tiga lokasi yang sementara ini dijadikan sebagaiobyek wisata pantai antara lain wisata Pantai Rindu Alam, Pulau Salak dan Pulau Pagatan.Obyek wisata alam lainnyaadalah sebuah pulau yang terletak di selat laut dan berbatasan dengan Kecamatan Pulau Laut Tengah KabupatenKotabaru dengan luas wilayah sekitar 4500 m² dengan panjang sekitar 15 km terletak memisah. Kita dapat mengelilingipulau tersebut naik perahu motor sekitar 1 jam. Konon kabarnya pada tahun 1970 seseorang peneliti dari Amerikapernah mengadakan penelitian dari hasil survey dan observasi terdapat kandungan nikel dan batubara. Di pulau initerdapat sumber mata air tawar. Ini menjadi pendapatan masyarakat yang bertempat tinggal disana dengan menjual airtawar ke Batulicin jika musim kemarau. Produksi air bersih rata-rata 40 m³ per hari, kendati kemarau sumber ini tidakpernah kering dengan kualitas air yang jernih. Di pulau ini juga ada 2 buah lubang yang kedalamannya sekitar 15 mmengarah ke dalam dan apabila kita berjalan di atas lubang tersebut terdengar bunyi dengungan yang memantulkanbahwa lubang tersebut besar.Menarik untuk menjadi tantangan bagi pecinta alam, serta kita yang ingin menikmatikeindahan alam Pulau Sewangi dengan lebatnya hutan di pulau ini, maka ini dikatakan sebagai paru-parunya kabupatenTanah Bumbu.Di Kabupaten Tanah Bumbu juga terdapat Goa Sugung yang terjadi dari proses alam terletak di km 44,jalan Kadeco Kecamatan Mentewe dengan luas sekitar 12 ha, dan jarak dari ibukota dapat ditempuh kurang lebih 1,5jam dengan kendaraan roda 4 dan roda 2.Sebuah pemandangan yang jarang kita temui disini, kita dapat merasakankesejukan saat berada di dalam goa, pada hari libur tidak jarang Goa Sugung menjadi pilihan bagi masyarakat sekitaruntuk berekreasi. Bagi pecinta goa tempat ini merupakan tantangan tersendiri dan menjadi wahana atau objekpenelitian.
Di Kabupaten KotabaruBelum lengkap kalu wisata ke Kabupaten Kotabaru kalau kita belum mengunjungi pantaiGedambaan 14 km dari Kota Kotabaru dengan pemandangan yang khas dan ditambah sarana pendukung sepertiCottage (penginapan), Mushola, Kolam Pemancingan dan Warung Makan serta tempat duduk yang banyak tersedia.Dengan sarana parkir yang luas akan memudahkan kita untuk berpiknik di Pantai Gedambaan. Dan tidur di CottagePantai Gedambaan. Batu Jodoh terletak di Pantai Aru Kecamatan Pulau Laut Selatan merupakan tempat yang dipercayaoleh masyarakat sebagai tempat terkabul segala ikrar sepasang kekasih. Perjanjian atau ikrar dilakukan dengan dudukdi atas kedua batu tersebut kemudian sepasang kekasih tersebut saling berikrar dengan begitu mereka meyakini bahwaikrar mereka tersebut dapat terkabul. Keyakinan ini sudah dipercaya masyarakat secara turun temurun sehingga banyakwisatawan yang melakukan ikrar di atas batu tersebut sebagai pembuktian dari keyakinan masyarakat.L. Kabupaten Barito KualaPulau Kaget terletak sekitar 12 km ke arah hulu dari Sungai Barito yang merupakan habitatdari hewan unik yaitu Monyet Besar Berhidung Panjang atau oleh penduduk setempat disebut dengan KeraBelanda/Bekantan karena hidungnya panjang, mukanya merah serta perutnya yang gendut.Pulau Kembang dapatdicapai dengan menggunakan perahu motor selama 30 menit dari pusat Kota Banjarmasin.
Di pulau ini terdapat sebuahVihara Cina yang sudah sangat tua dan banyak dikunjungi keluarga Cina untuk beribadah. Umumnya para pengunjungdatang pada hari Minggu dan Vihara ini dijaga oleh sekumpulan kera berekor panjang yang banyak mendapatkanmakanan dari pengunjung seperti kacang, pisang dan telur.Kabupaten Marabahan adalah sebuah kota kecil yangterletak sekitar 65 km dari Kota Banjarmasin ke Hulu Sungai Barito. Di kota ini wisatawan dapat melihat rumah-rumah tua bergaya tradisional Banjar yang terbuat dari kayu di pinggir sungai dengan suasana kehidupan masyarakat disekitarsungai. Dari Marabahan anda dapat menyewa perahu motor ke Margasari yaitu sebuah desa yang menghasilkan anekabarang kerajinan tangan terbuat dari rotan dan bambu seperti Tas, Bakul, Kipas Tangan dan Topi. (sumb: Situs Resmi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatanhttp://www.kalselprov.go.id)
HUTAN ALAM TROPIS BASAH PEGUNUNGAN MERATUS PUNYA NILAI JUAL KE WISATAWAN
Banjarmasin,9/2 (ANTARA)- Seorang pemerhati kepariwisataan Kalimantan Selatan (Kalsel) Drs.Ahmad Arifin menilai hutan alam Pegunungan Meratus di pedalaman propinsi ini memiliki nilai jual yang tinggi kepada wisatawan mancanegara, khususnya wisatawan petualangan.
Oleh karena itu, selama program Visit Indonesia Year (VIY) tahun 2008 ini keberadaan hutan alam yang merupakan hutan tropis basah Pegunungan Meratus itu harus lebih dippulerkan melalui berbagai promosi, kata Ahmad Arifin yang juga Sekretaris Forum Pariwisata Kalsel itu saat dihubungi ANTARA di Banjarmasin, Sabtu.
Menurutnya, ada beberapa kekhasan dan keistemewaan hutan tropis basah Pegunungan Meratus, khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalsel.
Di lokasi tersebut selain memiliki ratusan spicies flora dan fauna juga memiliki alam yang lengkap bagi kepariwisataan, seperti disana terdapat gua, lembah, tebing, hutan lebat, serta sungai dengan arus deras hingga cocok bagi yang suka arung jeram.
“Bagi wisatawan mancanegara yang suka berpetualang ke hutan  Loksado merupakan pilihan yang tepat,” kata Ahmad Arifin yang puluhan tahun sempat menjadi peramuwisata wisatawan mancanegara ke lokasi tersebut, terutama di era sebelum tahun 90-an.
Untuk satwanya saja di sana ada bekantan atau kera hidung panjang (Nasalis larvatus) yang merupakan maskotnya Kalsel, kera Abu – Abu ( Maccaca Irrus ), elang ( Butatstur sp ), beruang madu ( Hylarotis Malayanus ), Kijang Pelaihari ( Muntiacus salvator ), Owa – Owa ( hylobatus mullerii ), Elang Raja Udang ( Palargapais carpusis ), Cabakak ( Hakyan chalaris ), Rusa sambar ( Cervus Unicular ), Biawak ( Varanus spesi ), kancil, landak, lutung dan satwa lainnya.
Sementara flora terdapat ratusan spicies anggrek, jenis palm, rotan, keladi-keladian, bambu-bambuan, serta  tanaman buah-buahan jenis durian ( Duriospesi ), Kasturi ( Mangifera delmiana ) yang merupakan maskot Kalsel bidang floranya.
Jenis buah lain yang juga terdapat di sana rambutan (Nephelium lappocum ), sedangkan kayu-kayuan ekonomi adalah meranti (Dipterocorpus spesi ), Hopea ( Hopea spesia ), ulin ( Eusideroxlyon ), damar ( Agathis bornensis ), serta puluhan spicies lagi kayu-kayuan lainnya.
Keunikan lain di hutan ini terdapatnya komunitas suku dayak Pedalaman Lokasdo yang memiliki balai-balai adat, sehingga wisatawan bisa diajak berbaur dengan suku yang ada di pedalaman dan perbukitan Pegunungan Meratus.
“Pengalaman saya menjadi peramuwisata ke lokasi itu, ternyata banyak wisatawan yang berpetualang betah tinggal di dalam hutan atau berkumpul dengan komunitas suku Dayak Pedalaman ini,” kata Arifin.
Bukan kemiskinan mereka yang dieksploitasi untuk kepariwisataan tetapi nilai-nilai yang unik dan khas itu yang bisa menjadi daya tarik, dan itu yang harus dipelihara, sementara kesejahteraan masyarakat hendaknya harus ditingkatkan seiring kian berkembangnya dunia kepariwisataan.
Untuk menju lokasi itu belakangan ini tidak sulit, tinggal menuju ibukota Kecamatan Lokasado yang sudah beraspal, baru berpetualang kemana wisatawan ingi mengunjunginya, ke komunitas suku Dayak, kehutan belantara, ke gua-gua, atau berarung jeram menyusurui Sungai Amandit, tinggal bagaimana peramuwisata untuk mempromosikannya.
Oleh sebab itu keberadaan hutan Pegunungan  Meratus ini bisa menjadi nilai jual Kalsel selama VIY selain pasar terapung Banjarmasin dan Pendulangan intan martapura, atau ke kehidupan kerbau kalang di kawasan rawa-rawa Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), demikian Ahmad Arifin.
DUNIA PARIWISATA KALSEL HARUS DIHIDUPANKAN SAAT VIY
Banjarmasin,10/2 (ANTARA)- Dunia kepariwisataan Propinsi  Kalimantan Selatan (Kalsel) yang sempat marak selama era tahun 80-an hingga awal tahun 90-an kini saakan mati suri, seakan tak ada nafas yang bisa membangkitkan dunia kepariwisataan tersebut.
Oleh sebab itu,  sudah saatnya kehidupan dunia kepariwisataan itu dihidupan saat program Visit Indonesia Year (VIY) tahun 2008 ini, kata Sekretaris Forum Pariwisata Kalsel, Ahmad Arifin kepada ANTARA di Banjarmasin, Minggu.
Ahmad Arifin yang dikenal sebagai pemandu wisata tahun 80-an tersebut mengakui bahwa ke datangan wisatawan mancanegara Wisman ke Kalsel praktis tak pernah terdengar lagi, padahal era tahun 80-an hingga awal 90-an kedatangan wisman menyemarakkan dunia wisata wilayah ini.
“Dulu hampir  setiap minggu datang group-group wisatawan ke Kalsel, melihat pasar Terapung Sungai Barito Banjarmasin, ke pendulangan intan Cempaka Martapura, kehidupan monyet Bekantan (Nasalis larvatus) Pulau Kaget Barito Kuala, serta kehidupan kerbau rawa atau kerbau kalang di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU),” katanya.
Kemudian petualangan ke dalam hutan tropis basah Pegunungan Meratus juga menjadi pilihan wisman datang bergroup tersebut ke Kalsel, khususnya saat-saat musim liburan di kawasan Eropa, seperti bulan Juli dan Agustus, mereka datang dari Inggris, Perancis, Belanda, Swedia, dan negara Eropa lainnya.
Turis Asia yang banyak datang ke Kalsel, seperti dari Jepang, kata Ahmad Arifin yang sekarang menjadi staf kantor Gubernur Kalsel tersebut.
Tetapi setelah pertengahan tahun 90-an hingga sekarang wisman itu seakan tak terdengar lagi seiring kurang berkembangnya dunia kepariwisataan, dimana kondisi pasar terapung tidak semiah lagi, pendulangan intan Cempaka yang tadinya tradisional berubah kemekanisasi juga tidak menarik lagi untuk dikunjungi.
Sementara kehidupan ratusan bekantan di Pulau Kaget juga kian terganggu oleh pemukiman hingga populasi bekantan tinggal beberapa ekor saja lagi tak bisa lagi diandalkan menjadi objek wisata.
“Makanya untuk menghidupkan kembali kepariwisataan Kalsel itu perlu pemikiran semua pihak dan yang penting ada keinginan kuat dari Dinas Pariwisata  Kalsel untuk menghidupkannya, ibarat kita ingin memancing semut harus sediakan gulanya dulu, agar semut-semut itu datang,” tambah Arifin.
Salah satu objek yang harus dihidupkan lagi karena begitu dikenal adalah pasar terapung dan pendulangan intan, kedua objek ini yang menjadi primadona Kalsel, bagaimana cara menghdupkan lagi objek itu terserah Pemprop Kalsel lah yang memikirkannhya.
Daya tarik lain yang harus dihidupankan adalah pusat cenderamata, pusat kebudayaan, kesenian, dan atraksi-atraksi dimasyarakat karena hal-hal semacam itu memiliki daya pikat kuat.
Hal lain adalah menyediakan pemandu wisata Kalsel, karena selama ini tak pernah terdengar lagi Pemprop Kalsel mencetak kader-kader pemanduwisata yang handal.
“Dulu era tahun 80-an hingga awal tahun 90-an tersebut pernah diselanggarakan empat angkatan pelatihan pemandu wisata, angkatan pertama 40 orang, angkatan kedua juga 40 orang, lalu angkatan ketiga 30 orang serta angkatan keempat juga 40 orang, tetapi setelah itu tak pernah lagi ada pelatihan pemandu wisata tersebut” tambahnya.
Pemandu wisata yang sudah diberikan pelatihan Dinas Pariwisata Kalsel akhirnya handal memandu wisata serta memiliki sertifikat yang menjadi legalitas bagi seorang pemandu membawa kalangan turis di wilayah ini.
Para pemandu wisata yang pernah diberikan  pelatihan itu sekarang sudah tidak bisa aktif lagi, lantaran banyak bekerja di berbagai instansi atau perusahaan, profesi lain digeluti setelah kian sepinya kunjungan wisatawan ke Kalsel. demikian Ahmad Arifin.
OBJEK WISATA PULAU KAGET
Pulau Kaget merupakan salah satu obyek wisata yang berada di kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala. Pulau ini adalah sebuah delta yang terletak di dekat muara sungai Barito. Pulau ini merupakan habitat bagi Monyet Besar Berhidung Panjang atau oleh penduduk setempat disebut dengan Kera Belanda/Bekantan (Nasalis Larvatus) karena hidungnya panjang, mukanya merah serta perutnya gendut. Di tempat ini juga  hidup beberapa jenis burung. Sejak tahun 1976, pulau seluas 85 Ha ini ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976.
Pada tahun 1990, pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan Bekantan sebagai satwa maskot atau satwa identitas provinsi berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29, tanggal 16 Januari 1990 dan mendapat persetujuan dari DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan yang dituangkan dalam persetujuan DPRD No. 162/112/DPRD, tanggal 28 Maret 1990.
Dengan dijadikannya Bekantan sebagai maskot daerah Kalimantan Selatan, maka pulau Kaget sebagai habitat Bekantan mempunyai nilai strategis baik sebagai simbol daerah maupun sebagai tempat wisata. Oleh karena menjadi habitat dari satwa yang dilindungi dan menjadi simbol daerah, maka Cagar Alam Pulau Kaget menjadi salah satu tujuan wisata alam tidak saja dari Kalimantan Selatan dan daerah lain di Indonesia tetapi juga manca-negara.
Namun sayang, penebangan liar dan pencemaran lingkungan menyebabkan kondisi alam pulau ini cukup kritis. Salah satu jenis pohon yang kondisinya semakin kritis adalah pohon Rambai Padi (sonneratia caseolaris) yang merupakan sumber makanan bagi Bekantan, sehingga menyebabkan jumlah satwa ini semakin hari semakin sedikit.
Berkunjung ke tempat ini, para pengunjung akan menjumpai satwa yang dilindungi, Bekantan. Perlindungan terhadap satwa ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan, yaitu: Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931, UU No. 5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991, SK Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-II/1992, dan PP No. 7 Tahun 1999. Secara internasional, satwa ini dikategorikan rentan dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna).
Pengunjung yang memasuki kawasan pulau ini, khususnya yang berkunjung pertama kali, akan terkaget-kaget atau akan merangkul temannya ketika secara tiba-tiba dari rerimbunan pepohonan terdengar suara “nguuuk….nguuuuk, nguuuuuuk….” dari kera-kera yang jumlahnya ratusan. Kekagetan ini akan menyebababkan para pengunjung akan selalu teringat pada Bekantan yang ada di Pulau Kaget. Selain itu, pengunjung juga akan semakin terpesona menyaksikan kelincahan binatang-binatang yang terkenal pemalu dan hanya berada di Pulau Kalimantan ini berlompatan kegirangan dari satu pohon ke pohon yang lain.(sumb:wisata melayu)
WISATA ZIARAH MAKAM SYEKH MUHAMAD ARSYAD AL BANJARI Makam ulama agung dunia, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan se-butan Datu Kalampaian, merupakan destinasi wisata religius yang banyak dikunjungi orang. Saban harinya, tak kurang dari 1000 orang yang ke sini. Malah, bila hari Minggu, paling tidak 3000 orang berziarah ke makam ini. Syekh Muhammad Arsyad hidup di tahun 1122 – 1227 Hijriah atau 1710 – 1812 Masehi. Ia termashyur dengan kitab besar Sabilal Muhtadin yang dipakai di banyak negara di Asia, dan sebagian Timur Tengah. Nama kitabnya diabadikan untuk menamai masjid besar Kalsel di Banjarmasin, Sabilal Muhtadin. Selain itu, warisan intelektualnya, masih sangat banyak dan masih bisa kita baca hingga sekarang. Termasuk juga warisan karyanya berupa Quran tulisan tangan seukuran koran dan puluhan kitab lainnya yang tersimpan di Dalam Pagar di kediaman KH Irsyad Zein. Para peziarah tak hanya datang dari Kalsel saja, namun dari seluruh Indonesia, Asia Tenggara dan tentu saja Timur Tengah. Saban haulnya pada 6 Syawal, tak kurang 15 ribu umat Islam mengikuti haul dengan tertib. Perlu diketahui, membuminya Islam di Kalimantan dan mengakarnya pemerintahan Islam di Kerajaan Banjar dengan munculnya UU Sultan Adam Al Watsiq Billah tahun 1825 tak lepas dari keberhasilan dan kaderisasi dakwah ulama yang selama 30 tahun menimba ilmu di Mekkah ini. Dari Martapura, anda hanya membutuhkan waktu 22 menit untuk sampai ke makam Datu Kalampaian di Astambul. Bagi anda yang pingin merasakan manisnya sentuhan wisata religi di relung hati, bisa mengikuti pengajian bersama yang diikuti ribuan orang yang ber-langsung di banyak tempat di Martapura seperti di Sekumpul, Keraton, Tunggul Irang, dan lain-lain.(sumb :pemkab Banjar)
PESONA LEMBAH KAHUNG
Kahung, destinasi ini, menarik sekali untuk dijelajahi. Hutan alam tropisnya yang masih perawan de-ngan air terjunnya tujuh tingkat dan lebar sekitar 8 meter plus udaranya yang sangat sejuk, amat menggoda siapa saja yang haus akan sensasi menikmati alam terbuka.
Air Terjun Lambah KahungBayangkan, untuk menuju ke sini, di perjalanan (dengan kelotok selama 1,5 jam) anda sudah disuguhi beningnya Bendungan Riam Kanan yang di kanan-kirinya dipagari gunung-gunung (rentetan Pegunungan Meratus) yang menjulang biru maupun pulau-pulau kecil nan bertebaran di sana-sini.
Begitu sampai di Balangian (kampung paling hulu di Riam Kanan) anda sudah disambut dengan sebuah kampung yang penduduknya ramah-ramah, nuansa kesahajaanya amat kentara dan ketulusannya yang nyata.
Setelah melapor ke aparat desa, anda tinggal meminta jasa guide dari penduduk lokal (Pak Udin, dll) untuk menuju ke lokasi sekaligus mem-bawakan barang bawaan anda.
Dan, dari sini petualangan dengan menjelajahi alam terbuka baru dimulai.
Dari Balangian menuju air terjun Kahung, anda akan menemui tiga shelter atau persinggahan. Shelter pertama akan anda temukan di menit 45. Dari shelter pertama inilah, anda baru mulai benar-benar menikmati sensasi berjalan di alam terbuka yang berbukit-bukit dengan tetumbuhan perdu dan ilalang di kanan-kiri.
Dua jam kemudian anda akan sampai di shelter 2. Di sini, sebaiknya istirahat untuk melanjutkan perjalanan esok harinya. Di sini, di pinggiran sungai yang bening, anda bisa mandi sepuasnya, atau menikmati matahari tenggelam dengan santai.
Keesokan harinya, barulah anda melanjutkan perjalanan ke air terjun. 1,5 jam dari shelter 2, anda akan bertemu dengan shelter 3, dari sini, tanjakan dan jalan setapak, anakan sungai kecil, aneka flora dan fauna akan anda temukan hingga sampai di air terjun yang sangat dingin tersebut.
(sumb:pemkab Banjar)
Pariwisata HSU
Ada beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi di kabupaten Hulu Sungai Utara. Jenis wisata yang dapat dikunjungi di kabupaten Hulu Sungai Utara meliputi beberapa jenis wisata, yaitu wisata sejarah, agrowisata, dan tempat-tempat hiburan.
Dari 7 (tujuh) kecamatan yang ada di kabupaten Hulu Sungai Utara, 5 (lima) kecamatan di antaranya memiliki objek wisata yang dapat di kunjungi baik oleh masyarakat lokal maupun pendatang dari luar daerah. Hanya kecamatan Babirik dan Banjang yang tidak memiliki lokasi wisata di Hulu Sungai Utara.
Di kecamatan Amuntai Tengah, tempat wisata Candi Agung adalah merupakan situs peninggalan purbakala dari kerajaan Khuripan. Tempat wisata pasar kerajinan dan sentra industri meubel yang berlangsung subuh Kamis merupakan kegiatan transaksi hasil-hasil kerajinan para pengrajin yang ada di Hulu Sungai Utara. Pada kegiatan pasar subuh ini banyak pedagang perantara yang melakukan transaksi dan membawa hasil-hasil kerajinan ini keluar daerah/pulau.
Titian panjang dan wisata memancing yang terdapat di desa Pasar Senin, sentra ternak itik Alabio di desa Mamar , Kerajinan sulaman bordir yang turun-temurun di desa Teluk Betung, mesjid tua Sungai Banar yang ada di desa Pandulangan, makam Datu Syekh Sayid Sulaiman di desa Pakacangan, lapangan golf Air Tawar Indah di desa Tayur, Lomba renang kerbau rawa di desa Bararawa kecamatan Danau Panggang dll. (sumb:Pemkab HSU)
pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara
KERAJAAN Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai: Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Sampai sekarang bekas kerajaan tersebut masih dijumpai sebagai situs purbakala Candi Agung di pedesaan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, lima meter di atas permukaan laut.
NEGARADIPA kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai. Ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara ini terletak di daerah rawa dengan ketinggian tiga meter di atas permukaan laut. Begitu juga topografi enam kecamatan lain, rata-rata pada dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 4 meter di atas permukaan laut.
Sebelum 25 Februari 2003, Hulu Sungai Utara sebagai pusat pertumbuhan Banua Lima (terdiri atas Kabupaten Tabalong, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Utara, dan Selatan) masih terbagi dalam dua wilayah topografi: dataran rendah dan dataran tinggi. Sayang, wilayah dataran tinggi dimekarkan menjadi Kabupaten Balangan dengan mengambil potensi pertambangan dan perkebunan dari kabupaten induk.
Kabupaten induk yang berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah ini harus banting setir ke pertanian sebagai andalan yang pada tahun 2002 menyumbang 26,57 persen dari total kegiatan ekonomi, dan berada di urutan kedua setelah pertambangan. Pemekaran tak menutup kemungkinan pertanian yang diperkuat tanaman pangan, peternakan, dan perikanan menjadi sektor yang memiliki nilai strategis bagi pembentukan perekonomian daerah. Perekonomian didukung oleh 60 persen penduduk bermata pencaharian petani, serta sumber daya alam sekitar daerah aliran sungai dan lahan rawa lebak 1.333 hektar beririgasi teknis.
Peternakan di Hulu Sungai Utara sejak lama dikenal dengan itik alabio dan kerbau rawa. Sistem pemeliharaan itik ini tidak memerlukan perlakuan khusus seperti ternak unggas lain. Beternak itik alabio merupakan usaha turun-temurun penduduk setempat yang didukung ekosistem sekitar berupa rawa. Sebagai salah satu itik spesies unggul di Indonesia, unggas yang punya ciri khas paruh dan kaki kuning ini populasinya tahun 2002 mencapai 1,1 juta ekor, lebih banyak dari populasi ternak lainnya. Sayang, populasi yang besar itu tidak didukung oleh kontribusinya pada kegiatan ekonomi daerah. Tahun 2002 sumbangannya Rp 50 miliar.
Asal mula nama alabio yang dipopulerkan oleh drh Saleh Puspo tahun 1950, berasal dari nama daerah di Kecamatan Sungai Pandan. Dari Desa Alabio, Kecamatan Sungai Pandan, dan Manan, Kecamatan Amuntai Selatan, telur-telur itik ditetaskan. Selanjutnya anak-anak itik dijual di Pasar Alabio. Biasanya peternak dari Sungai Pandan, Danau Panggang, dan Amuntai Utara yang membeli dan memelihara. Pasar Alabio kemudian berkembang menjadi pasar unggas yang tidak hanya menjual anak itik, tetapi juga ayam buras dan ras.
Hasil unggas Anas platurynctos borneo ini telur dan daging. Produksi telur cukup banyak dibanding itik lain di Indonesia, berkisar 200–300 butir per ekor setiap tahun. Tahun 2001, jumlah telur itik ini 5,5 juta butir. Telur yang dikemas dalam bentuk segar dan asin dipasarkan ke Provinsi Kalimantan Timur dan Tengah dengan harga Rp 650 per butir. Sementara dagingnya, selain diolah menjadi masakan seperti oseng-oseng, sate dan itik panggang, juga diolah menjadi dendeng dan kerupuk itik. Dendeng itik alabio dihasilkan dari industri rumah tangga di Desa Sungai Karias, Tanggal Ulin, Tambalangan, dan Antasari di Kecamatan Amuntai Tengah. Produk ini baru dipasarkan ke pasar lokal Kalimantan Selatan.
Potensi khas peternakan Hulu Sungai Utara yang lain adalah kerbau rawa. Produksi dagingnya 36 ton. Kerbau rawa juga dimanfaatkan untuk penunjang pariwisata. Kerbau yang dipelihara di rawa-rawa di Kecamatan Danau Panggang ini dilatih untuk memberikan atraksi bagi wisatawan, seperti lomba renang kerbau rawa.
Berlokasi di dataran rendah berlahan rawa lebak, Hulu Sungai Utara berpotensi meningkatkan tanaman pangan sebab lahan tersebut kaya akan kandungan gambut dan unsur hara. Lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan saat musim kemarau dan hujan ini ditanami padi dan kedelai bergantian. Menanam di lahan lebak memerlukan sentuhan fisik untuk mengendalikan air yang masuk ke lahan tersebut. Produksi padi yang dikenal masyarakat setempat sebagai padi surung dan rintak mencapai 174.637 ton tahun 2002, meningkat 14 persen dari tahun sebelumnya. Produksi ini bahkan menjadi penyangga pangan Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Barito Utara dan Selatan.
Dari pertanian tanaman pangan, kedelai diandalkan menyumbang pasar nasional. Tanaman bahan baku tahu tempe ini mulai dikembangkan di 10.000 hektar lahan lebak sejak tahun 1998. Sampai tahun keempat, kedelai tumbuh di lahan 5.000 hektar dan pembibitan penangkaran di lahan 1.756 hektar. Hasil olahan berupa susu, tahu, dan tempe diproses lewat industri rumah tangga dan dipasarkan untuk konsumsi lokal. Kedelai mentah selain untuk kebutuhan nasional, juga untuk bahan baku pabrik kecap di Banjarmasin.
Kegiatan ekonomi Hulu Sungai Utara juga diramaikan 26.000 unit usaha industri kecil yang melahirkan banyak industri kerajinan rakyat khas, seperti anyaman bambu dan rotan, mebel kayu, lampit rotan, sulaman bordir, tenun gedogan, tikar purun, dan kopiah haji. Meski hanya memberikan kontribusi Rp 74 miliar pada kegiatan ekonomi di tahun 2002, sebagian komoditas menembus pasar ekspor. Lampit, keranjang, dan pemukul kasur dari bahan rotan menembus pasar Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, dengan total nilai investasi 848.400 dollar AS. Selain diperdagangkan ke pasar internasional, pasar nasional juga tidak kalah bersaing.(Puteri Rosalina/Litbang Kompas)
TOUR PLANNER PARIWISATA KALSEL
Propinsi Kalimantan Selatan, terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan. Sebelah barat berbatasan dengan Kalimantan Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Selat makassar, sebelah selatan berbatasan dengan laut Jawa dan sebelah utara dengan propinsi Kalimantan Timur.
Secara geografis, Propinsi Kalimantan Selatan terletak diantara 114º – 19’13” BT – 116º, 33’ 28 “ BT dan 1º, 21’ 49” LS – 4º, 10’ 14” LS. Kalau dilihat dari peta dasar Propinsi dengan sistem Grid, wilayah Kalimantan Selatan terletak pada grid B67 – CD56 dan AA36 – DB 38. Lebih jauh berdasarkan peta topografi dengan proyeksi UTM Propinsi Kalimantan terletak pada koordinat dengan sumbu x= 175.000 meter –450.000 meter dan sumbu y= 9.455.000 meter – 9.850.000 meter.
Secara keseluruhan, luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan meliputi 37.530,52 Km² (3.753.052 Ha) atau kurang lebih: 6,98% dari luas Pulau Kalimantan. Namun demikian, bila dilihat dari jumlah penduduknya yang ada sekitar 3.174.551 jiwa, penduduk propinsi ini  hampir mencapai 28,52% dari total jumlah penduduk Pulau Kalimantan.
Secara administrasi propinsi ini dibagi kedalam 13 Daerah Tingkat II yang terdiri dari
1.  Kabupaten :
Kabupaten  Tanah  Laut,  Kabupaten  Kotabaru,   Kabupaten   Barito  Kuala,
Kabupaten  Tapin,  Kabupaten Hulu Sungai Utara,  Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten
Banjar,  Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan.
2.  Kotamadya : Banjarmasin dan Banjarbaru.
sejarah
Dilihat struktur penduduk menurut mata pencahariannya, yang paling dominan (57,62%) adalah bekerja  pada sektor pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan (sektor primair). Sedangkan mereka yang bekerja pada sektor jasa dan industri perdagangan baru mencapai 33,26% dan dominan bermukim di daerah perkotaan, khususnya Banjarmasin.
Pada masa prasejarah keadaan geografis Kalimantan Selatan, jauh berbeda dengan apa yang ada sekarang. Lembah Barito dahulu masih merupakan teluk besar. Kaki pegunungan Meratus mulai dari gunung karamaian diselatan sampai Tanjung diutara merupakan pantai timur teluk besar ini. Pantai utara teluk berada di bawah Muara Tewe dan kuala kurun sedang pantai baratnya berbatasan dengan kaki dataran tinggi Madi. Pada teluk besar inilah bermuara sungai Barito, Kapuas Murung, Kahayan, dan lain-lain. (Idwar Saleh, 1986:8).
Dengan adanya teluk besar ini, maka rangkaian pegunungan Meratus merupakan sebuah tanjung yang diapit oleh laut dikiri kanannya. Menurut Idwar Saleh, Tanjung yang dalam Negara Kertagama disebut Nusa Tanjung Negara atau pulau Hujung Tanah. Jika dugaannya benar maka paling tidak pada abad XIV lembah Sungai Barito masih merupakan sebuah teluk. Namun lambat laun teluk semakin menyempit akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh sungai-sungai yang bermuara di teluk. Sejalan dengan proses penyempitan teluk, aliran sungai semakin memanjang mengikuti majunya garis pantai baru.
Disepanjang kaki pegunungan Meratus yang berbatasan dengan pantai timur teluk (kemudian berubah menjadi daerah dataran rendah) terdapat pusat-pusat pemukiman yang tertua memanjang dari utara keselatan seperti: Muara Tabalong, Kelua, Amuntai, (Negaradipa), Negara Daha, Alai, Amadid (Kandangan), Muning, Binuang dan Karang Intan. Ketika laut masih mencapai Muara Tewe, hanya Tanjung dan Tabalong yang berada di dataran tinggi, sedang yang lainnya masih berupa daerah endapan lumpur yang belum padat. (Idwar Saleh, t. t. : 11)
Didaerah Tabalong inilah terdapat konsentrasi koloni Melayu yang tertua yang datang dari Indonesia Barat pada permulaan tarikh masehi. Di sini orang-orang Melayu berbaur dengan kelompok Oloh Maanyan, Aba, Deyah, Lawangan dan orang-orang Bukit. Pembauran tersebut menelorkan inti pertama suku Banjar. Mereka kemudian mendirikan kerajaan Tanjungpura dengan ibu kota Tanjungpuri. Kemungkinan lokasi ibu kota tersebut terletak disekitar Tanjung sekarang.
Kira-kira abad XII sampai XIII datang armada Empu Jatmika dengan membawa orang-orang Jawa dari Kaling (bagian dari Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur). Ia kemudian mendirikan negeri baru yang disebut Negaradipa. Menurut hikayat Banjar, selain mendirikan negeri, Empu Jatmika juga mendirikan candi. Diduga candi yang didirikan oleh Empu Jatmika ini adalah Candi Agung yang berada di Amuntai.
Menurut hikayat Banjar, Negaradipa kemudian dikalahkan oleh Raden Sekar Sungsang yang kemudian mendirikan Negara Daha. Penaklukan dilakukan dengan bantuan Jawa. Raden Sekar Sungsang seorang penganut agama Ciwa. Untuk mengukuhkan kedudukannya sebagai raja ia membangun candi. Kemungkinan candi yang didirikan tersebut adalah Candi Laras di daerah Margasari.
Setelah pemerintahan Sekar Sungsang pergantian raja-raja mulai dari Sukarama, Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung sampai Raden Samudera berlangsung malalui perebutan kekuasaan. Raden Samudera yang kemudian berhasil naik tahta dengan bantuan Patih Masih dari Banjar dan tentara Demak merupakan pembangunan Dinasti Bandarmasih yang memeluk agama Islam. Setelah menduduki tahta di tahun 1526 dia bergelar Sultan Suriansyah.
Pada saat terjadinya perebutan kekuasaan antara Pangeran Tumenggung dan Raden Samudera, proses pendangkalan dan penyempitan teluk besar makin berlanjut, garis pantai semakain maju. Dari muara Bahan sampai Muara Barito telah muncul sejumlah kampung di daerah dekat muara seperti Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin, Belitung dan Banjar. Kampung Banjar yang dipimpin oleh Patih Masih yang merupakan kampung orang Melayu (Oloh Masi) kemudian dijadikan pusat pemerintahan oleh Sultan Suriansyah. Selanjutnya Kota ini disebut dengan nama Bandarmasih.
Dengan jatuhnya Demak tahun 1546, Bandarmasih mulai memisahkan diri dari pengaruh Demak dan pada awal abad XVII mulai mengembangkan dominasinya terhadap wilayah-wilayah Kalimantan Timur, Tengah dan Barat. Di bawah pemerintahan Sultan Mustain Billah (Marhum Panembahan) Bandarmasih maju pesat. Namun di samping itu dalam masa pemerintahannya juga terjadi peristiwa yang merupakan pengalaman pahit bagi kota Bandarmasih. Pada tahun 1612 kota ini dihancurleburkan oleh tembakan-tembakan meriam dari kapal-kapal Belanda sehingga pusat kerajaan terpaksa dipindahkan ke Kayutangi (Martapura). Serangan Belanda ini merupakan serangan pembalasan dari pembunuhan utusan dagang VOC yang datang ke Bandarmasih tahun 1607.
Hubungan dengan Belanda menjadi baik setelah di buat kontrak pertama tahun 1635. Namun demikian pada tahun 1638 kembali terjadi permusuhan dengan Belanda. Loji-loji Belanda dibakar dan barang-barangnya dirampas. Hubungan Bandarmasih dengan Belanda kembali baik setelah diadakan perjanjian baru tahun 1660.
Selain peristiwa diatas, pada abad XVII juga terjadi peristiwa-peristiwa penting yang antara lain sebagai berikut :
Pada tahun 1663 yaitu pada masa pemerintahan Pangeran Ratu terjadi kudeta yang dipimpin oleh Pangeran Surianata. Kudeta ini menghasilkan kompromi : Pangeran Ratu tetap bertahta di Martapura, sedang Pangeran Surianata bertahta di Bandarmasih. Setelah bertahta Pangeran Surianata menyebut dirinya Sultan Agung.
Pada tahun 1679 terjadi perebutan kekuasaan lagi. Sultan Agung dan anaknya terbunuh dan Sultan Amrullah Bagus Kesuma naik tahta.
Pada tahun 1681 Bandarmasih diserbu oleh orang-orang Makassar, namun serbuan tersebut dapat dipatahkan. Penyerbuan ini merupakan penyerbuan kedua, penyerbuan pertama terjadi pada tahun 1667.
Selanjutnya dipermulaan abad XVIII yaitu pada tahun 1701 daerah Kuin dibakar rakyat untuk mengusir orang-orang Inggeris yang mencoba menetap di Bandarmasih. Karena peristiwa itu pusat kegiatan kota kemudian dipindahkan ke Pulau Tatas. Pada tahun 1747 pulau Tatas melalui sebuah kontrak jatuh ke tangan Belanda. Dan di pulau ini Belanda mendirikan Ford Tatas. Sejak saat itu kedudukan Belanda semakin kuat. Pada tahun 1826 Belanda mengadakan kontrak baru dengan Sultan Adam. Dalam kontrak tersebut pulau Tatas, daerah Kuin Selatan, pulau Burung dan pulau Bakumpai diserahkan kepada Belanda. Sejak saat itu wilayah kota Bandarmasih terjadi menjadi dua bagian. Pulau Tatas sampai Kuin Selatan menjadi pusat kegiatan militer, perdagangan dan pelayaran Belanda, sedang kampung Keraton sampai Kalayan dan Kuin Utara menjadi pusat kegiatan pemerintahan, pelayaran dan perdagangan orang Banjar.
Pada tahun 1857 Sultan Adam pindah ke Bandarmasin dari Martapura sehingga kota ini kembali menjadi ibukota Kerajaan. Perpindahan ini terjadi karena anak Sultan yaitu Pangeran Prabu Anom diasingkan Belanda ke Bandarmasih. Sultan pindah untuk kepentingan dan keselamatan putranya. Selanjutnya dibawah Sultan Tamjidillah kerajaan Banjar dihapuskan keberadaannya oleh Belanda. Peristiwa ini terjadi tahun 1860. sejak saat itu kota Bandarmasih sepenuhnya berada dibawah kekuasaan Belanda. Lambat laun nama Bandarmasih hilang dan diganti nama menjadi Banjarmasin.
Pada tanggal 1 Juli 1919, oleh pemerintah Belanda, Banjarmasin ditetapkan sebagai ibukota keresidenan Selatan dan Timur Borneo. Kemudian dalam tahun 1938 Belanda membentuk Gobernemen Borneo dengan Banjarmasin sebagai ibukota propinsinya. Gubernur yang pertama yaitu Dr. J. Haga dihukum mati oleh Jepang di tahun 1944.
Tentara Jepang menduduki Banjarmasin tanggal 10 Februari 1942. kekuasaan Jepang berakhir pada tahun 1945 karena kalah perang melawan pasukan Sekutu. Pada tanggal 17 September 1945 tentara Australia dan NICA Belanda menguasai Banjarmasin. Proklamasi 17 Agustus 1945 menggugah semangat perlawanan terhadap penjajah, sehingga pada tanggal 9 Nopember 1945 meletuslah pertempuran pertama di Banjarmasin. Perjuangan mengusir Belanda berlangsung terus hingga tahun 1949 ketika Belanda menyerahkan kekuasaan kepada Republik Indonesia Serikat. Sejak saat itu hingga sekarang wilayah Kalimantan Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia.
frofil sosial budaya
Uraian tentang lintasan sejarah dan kontak-kontak budaya di atas menunjukkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan terdiri dari berbagai kelompok etnis yang hidup berbaur dalam satu kawasan. Pembauran tersebut tentu memberi dampak pada kehidupan sosial budaya mereka. Saling pengaruh mempengaruhi dalam bidang kebudayaan pasti terjadi sehingga memungkinkan terjadinya akulturasi. Namun demikian tidak semua unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok etnis melebur menjadi satu. Setiap kelompok masih memiliki atau mempertahankan beberapa ciri, tradisi, norma-norma serta tata cara kehidupan sendiri.
enarik perhatian bahwa meskipun di Kalimantan Selatan terdapat sekian banyak kelompok etnis, namun kecuali yang tinggal di daerah perbukitan, kebudayaan mereka semua dipengaruhi oleh kehidupan sungai dan rawa. Hal ini tidak aneh sebab sungai dan rawa merupakan unsur dominan dalam kawasan tempat mereka berdiam, sedang salah satu fungsi kebudayaan adalah sebagai cara manusia beradaptasi dengan lingkungan agar dapat bertahan hidup.
Selanjutnya untuk memperoleh gambar yang yang lebih lebih terinci mengenai profil sosial budaya Kalimantan Selatan akan digunakan pemerintah kebudayaan menurut unsur-unsur umumnya (cultural universal). Yang dimaksud dengan cultural universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bisa didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Dalam hal ini ada 7 unsur kebudayaan sebagai cultural universal yaitu :
1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup,
2. Sistem mata pencaharian hidup
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem Pengetahuan
7. Sistem Religi (Koentjoroningrat, 1974: 6-7).
Masing-masing unsur terdiri atas beberapa sub unsur sebagai pokok-pokok khusus yang merupakan pemerintah lebih lanjut dari isi unsur budaya bersangkutan. Dalam uraian berikut hanya sub unsur yang menonjol saja yang diuraikan saja secara khusus sedang yang lain cukup disebut keberadaannya.
sistem peralatan dan perlengkapan hidup
Sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia terdiri dari: alat-alat produktif; wadah-wadah dan tempat-tempat menaruh barang, makanan dan minuman; pakaian dan perhiasan; tempat berlindung dan perumahan; senjata.
Alat-alat produktif terdiri dari berbagai jenis alat yang semuanya digunakan sebagai peralatan dalam pengerjaan pekerjaan produktif  baik yang berhubungan dengan mata pencaharian maupun untuk membuat benda atau barang-barang keperluan mereka sehari-hari. Alat-alat tersebut antara lain terdiri dari alat-alat pertanian, alat yang digunakan untuk mencari ikan, alat-alat pertukangan, alat-alat pendulangan dan penggosokan intan dsb.
Alat transportasi yang paling menonjol di Kalimantan Selatan adalah berbagai jenis perahu sebagai sarana angkutan sungai, hal ini wajar karena perahu merupakan alat transportasi yang paling sesuai dengan lingkungan alam Kalimantan Selatan yang daerahnya dipenuhi oleh aliran sungai dan rawa. Sejak tahu 1950 mulai diperkenalkan perahu bermesin yang secara bertahap menggeser kedudukan perahu tradisional yang tidak bermesin.
Meskipun sekarang pembangunan jalan darat sebagai sarana angkutan darat telah memadai, namun angkutan sungai tetap merupakan sarana transportasi penting.
Wadah untuk menaruh barang, makanan dan minuman terbuat dari berbagai macam bahan antara lain : bambu, rotan, tembikar dan logam. Jenis wadah yang khas untuk daerah pedalaman adalah yang terbuat dari ayaman bambu, sedang wadah yang lain tidak berbeda dengan yang terdapat di kota
Pakaian dan perhiasan sehari-hari dipakai di perkotaan dan pedalamam hampir tidak berbeda. Perbedaan baru tampak pada pakaian adat masing-masing kelompok etnis yang dikenakan pada upacara-upacara tertentu.
Perumahan tradisional di Kalimantan Selatan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu perumahan yang terletak disepanjang aliran sungai dan perumahan yang ada di perbukitan.
Perumahan di sepanjang aliran sungai di bangun sepanjang tepian sungai karena sebelum ada jalan darat yang memadai sungai merupakan urat nadi transportasi dan komunikasi antar kelompok-kelompok pemukiman. Keadaan seperti ini dapat dirunut asal usulnya melalui pemahaman tentang proses geomorfologi yang terjadi di daerah Kalimantan Selatan. Seperti telah diuraikan sebelumnya dataran rendah Kalimantan Selatan semula merupakan  teluk yang lambat laun menyempit dan menjadi dangkal karena proses pengendapan lumpur sungai yang bermuara di teluk tersebut. Di lingkungan yang berawa-rawa jalur perhubungan melalui daratan sulit dilakukan, sehingga pilihan jatuh pada jalur perhubungan melalui sungai. Kemudian seiring dengan proses peninggian daratan dan dibangunnya jalan darat mulai terjadi perkembangan baru, rumah-rumah tidak semuanya dibangun menghadap sungai tetapi ada yang dibangun menghadap jalan.
Penyesuaian terhadap kondisi lingkungan tidak hanya terbatas pada tata letak bangunan rumah namun juga pada struktur bangunannya. Bangunan rumah di tepian sungai di bangun di atas panggung dan di atas rakit dengan atap miring dan teritis cukup lebar. Lantai rumah panggung di samping untuk menjaga supaya lantai rumah tidak basah juga sekaligus sebagai upaya mencegah masuknya binatang-binatang seperti ular ke dalam rumah. Rumah yang di bangun di atas rakit          ( lanting ) yang di tambatkan erat-erat pada patok-patok kayu di tepian dan dasar sunagi lantainya tidak akan tergenang air karena ketinggian rumah akan selalu mengikuti pasang surutnya air sungai. Bentuk atap miring dengan teritis lebar sangat cocok untuk daerah yang berilim tropis. Pada musim hujan atap miring memperlancar pembuangan air hujan, teritis lebar menghindarkan dinding rumah dari percikan air hujan. Sedang pada musim kemarau bentuk atap yang meninggi menyebabkan suhu ruangan tidak terlalu panas.
Rumah-rumah perbukitan juga berbentuk panggung meskipun dibangun di atas tanah yang stabil. Rumah panggung selain untuk menghindari kelembaban tanah juga berguna sebagai perlindungan terhadap  gangguan binatang buas maupun serangan musuh. Bahwa rumah panggung berfungsi sebagai upaya pertahanan diri tampak jelas pada daerah pedalaman yang belum padat penduduknya. Masyarakat di tempat terpencil semacam itu  hidup bersama dalam satu rumah besar yang disebut balai. Sebuah balai di huni oleh beberapa kepala keluarga dengan anggota keluarga yang jumlahnya lebih dari seratus orang. Tinggal secara komunal dalam satu rumah memberi kesempatan kepada mereka untuk saling membantu jika ada bahaya. Sebagai upaya perlindungan diri rumah-rumah panggung yang cukup tinggi lantainya tersebut dilengkapi dengan tangga naik yang dapat dilepas sewaktu-waktu. Seperti halnya rumah di daerah aliran sungai, rumah di pegunungan juga memiliki atap miring dengan teritis yang cukup lebar.
Pada daerah-daerah yang cukup padat penduduknya masyarakat yang diam di daerah perbukitan tidak lagi tinggal di satu balai tetapi tinggal di rumah masing-masing. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perkembangan ini diantaranya adalah pengaruh budaya luar, perubahan sistem mata pencaharian, dan menurunya tingkat ancaman bahaya baik yang datang dari binatang buas maupun dari musuh. Hal yang disebut terakhir ini juga memberi dampak kepada bentuk dan komponen bangunan rumah. Lantai panggung tidak begitu tinggi, tangga naik dipasang permanen.
Dahulu baik di daerah aliran sungai maupun di pegunungan, bahan-bahan bangunan diambil dari apa yang ada di lingkungannya yaitu kayu, bambu, rotan, dan rumbia. Dalam perkembangannya telah  digunakan pula bahan-bahan seperti seng untuk atap dan kaca untuk jendela. Dan akhir-akhir ini di kota-kota telah bermunculan bangunan tak berpanggung dengan menggunakan konstruksi beton.
Jenis perlengkapan lain yang dimiliki oleh penduduk Kalimantan Selatan adalah senjata. Senjata yang termasuk dalam kategori tradisional adalah Mandau, Sumpit, tombak dan perisai. Sekarang senjata-senjata tersebut tidak dipergunakan lagi karena peperangan antar suku sudah tidak ada lagi. Jenis-jenis senjata semacam itu kini hanya dipakai dalam tari-tarian dan upacara adat atau hanya disimpan sebagai pusaka.
sistem mata pencaharian
Penduduk Kalimantan Selatan yang tinggal di daerah perbukitan, misalnya yang ada di Loksado dan sekitarnya mata pencaharian utamanya berladang dan mengumpulkan hasil hutan. Di samping itu ada pula usaha lain dalam skala kecil misalnya beternak, berdagang  dan mencari ikan.
Perladangan yang mereka lakukan masih berupa perladangan berpindah dengan padi sebagai tanaman utamanya. Perladangan berpindah (shifting cultivation atau swidden agriculture) dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pada musim panas hutan yang akan dijadikan ladang dibersihkan dengan cara menebang pohon dan menebang kayu-kayunya. Pada musim hujan bidang tanah ladang yang telah dibuka kemudian ditanami paling banyak sampai tiga kali masa tanam. Kemudian ladang tersebut dibiarkan untuk waktu lama (8 tahun lebih) sehingga menjadi hutan kembali. Sesudah itu hutan bekas ladang dapat dibuka kembali denga cara-cara seperti di atas. Karena pembersihan hutan untuk dijadikan ladang dilakukan dengan cara menebang pohon dan membakar kayu-kayunya maka cara berladang semacam ini juga sering disebut sebagai slash and burn agriculture.
Di samping perladangan mengumpulkan hasil hutan seperti getah karet dan kulit kayu manis merupakan mata pencaharian yang penting untuk menunjang kehidupan mereka. Sekarang karet dan kayu manis mulai dibudi dayakan dan bukan lagi tanaman liar yang tumbuh dihutan sehingga usaha ini sudah merupakan usaha perkebunan. Getah karet dan kulit kayu manis mereka jual kepada agen pengumpul hasil hutan. Jenis hasil hutan lain yang mereka jual adalah kayu dan bambu. Pemeliharaan ternak seperti babi dan ayam hanya untuk dikonsumsi sendiri demikian juga halnya dengan pencarian ikan. Seperti sudah dikemukakan di atas ada pula penduduk daerah pegunungan yang berdagang terutama yang tempat tinggalnya tidak begitu jauh dari kota. Mereka membuat warung-warung kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Di dataran rendah aluvial, rawa-rawa dan daerah aliran sungai penduduk hidup dari pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan, kerajianan rumah, bertukang, mendulang dan lain-lain.
Pertanian terutama adalah persawahan basah dengan padi sebagai tanaman utamanya. Pada musim panas lahan pertanian digunakan menanam ubi-ubian, sayuran, serta buah-buahan tertentu. Buah yang biasanya di tanam antara lain semangka yang banyak terdapat di daerah Lupak dan Nagara.
Peternakan yang dikenal oleh masyarakat tradisional antara lain peternakan kerbau dan bebek. Ternak kerbau dapat dibagi dua jenis yaitu ternak kerbau di tanah tinggi baik di padang maupun pantai laut seperti daerah Tabalong dan Tanah Laut serta ternak Kerbau Kalang di daerah rawa seperti di Danau Panggang. Peternakan bebek merupakan peternakan daerah rawa yang sudah lama ada dan cukup berkambang hingga kini. Usaha ini terutama dilakukan di daerah Nagara, Alabio dan Amuntai. Di samping kerbau dan bebek, dahulu khusunya pada masa kerajaan Banjar terdapat peternakan kuda di Tanah Laut, Riam Kanan. Dan Riam Kiri, Martapura dan Hulu Sungai. Sekarang jenis peternakan ini sudah tidak dikembangkan lagi.
Perikanan dalam pengertian tradisi menangkap ikan, merupakan salah satu mata pencaharian penting bagi daerah sungai, rawa, danau dan laut. Penduduk Marabahan sampai Amuntai melakukan penangkapan ikan air tawar di sepanjang sungai Nagara, rawa-rawa dan danau-danau yang ada di daerah mereka, sedang orang-orang Banjar Kuala dari Aluh-aluh sampai Batakan merupakan penangkapan ikan laut.
Usaha perkebunan terutama menghasilkan  tanaman buah-buahan yang kini terus dibudi dayakan adalah jeruk. Hasil perkebunan ini tidak hanya dikonsumsi oleh penduduk Kalimantan Selatan sendiri tetapi juga dikirim keluar pulau.
Orang-orang Banjar pada umunya berjiwa dagang. Usaha dagang mereka tidak hanya terbatas pada perdagangan eceran tetapi juga perdagangan ekspor dan impor dengan komoditas yang beragam. Usaha perdagangan ini berkaitan erat dengan tradisi pelayaran yang sudah mendarah daging.
Kerajinan rumah seperti pembuatan kopiah jangang, tikar, lampit dari rotan maupun pelepah rumbia serta berbagai jenis barang anyaman lainnya memberi sumbangan yang tidak kecil bagi  perekonomian Kalimantan Selatan. Daerah yang terkenal dengan kerajinan anyamannya adalah Margasari. Jenis kerajinan yang dahulu pernah jaya dan kemudian hampir hilang adalah seni tatah ukir. Yang kini masih ada adalah menatah hulu  senjata dan  sarungnya di daearah Hulu Sungai.
Masih erat hubungannya dengan kerajinan adalah
usaha pertukangan yang antara lain sebagai berikut :
a. Tukang membuat perahu tradisional seperti perahu pangkuh, bagiwas, tambangan dan lain-lain. Sekarang dengan digesernya perahu-perahu tradisional oleh perahu mesin maka jenis pertukangan ini tidak  dikembangkan lagi. Dahulu tukang membuat perahu banyak terdapat di kampung Tambak Bitin di Nagara.
b. Pandai besi, tembaga dan kuningan. Keahlian ini hingga sekarang masih bertahan terutama di daerah Nagara.
c. Tukang kayu yang ahli dalam membuat papan, balok-balok kayu dan sirap.
d. Tukang mendulang dan membuat perhiasan emas dan intan. Pendulangan banyak dilakukan di daerah Martapura (Cempaka dan sekitarnya). Penggosokan intan di Martapura sangat terkenal. Disamping intan di Martapura juga dilakukan penggosokkan berbagi jenis batu akik abik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
e. Tukang ukir wayang dan topeng. Pembuat wayang yang terkenal ada di Tahibi dan Jingah Habang.
Selain yang sudah diuraikan di atas bidang pekerjaan lain yang dimiliki penduduk Kalimantan Selatan adalah sebagai pegawai negeri atau swasta baik yang bergerak dalam bidang industri, perdagangan, pelayaran, angkutan, jasa dan lain-lain.
sistem kemasyarakatan
Di daearah pegunungan, khususnya pada masyarakat dayak yang tidak begitu terkenal pengaruh luar, orang-orang hidup bersama dirumah besar yang disebut balai. Dalam satu balai terdapat belasan sampai puluhan kepala rumah tangga yang anggotanya ada mencapai empat generasi. Untuk setiap keluarga disediakan ujuk yaitu tempat untuk keperluan pribadi, misalnya memasak dan sebagainya. Ujuk terletak diseputar sisi balai. Balai bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal namun juga sebagai tempat upacara ritual. Tempat upacara ini tereletak di tengah balai. Dikelilingi oleh ujuk-ujuk.
Rumah tangga besar merupakan kelompok komunal yang menguasai sebagian besar kegiatan ekonomi seperti misalnya pertanian, warisan hak pemakaian. Tanah adalah dengan perantara rumah tangga. Kesatuan ini merupakan kesatuan pertanian dan pembagian makanan sebab meskipun setiap keluarga inti memelihara tanah ladang sendiri, tetapi biasanya ada satu ladang utama yang dikerjakan bersama oleh anggota rumah tangga yang hasilnya juga untuk keperluan bersama. Dengan demikian rumah tangga juga merupakan kesatuan dalam sistem gotong royong petukaran tenaga dalam suatu pertanian. Kegotong-royongan semacam ini juga berlaku dalam penyelenggaraan upacara-upacara penting, setiap keluarga menyumbang makanan, uang dan tenaga untuk kepentingan upacara tersebut.
dalam kelompok masyarakat yang hidup berladang di tengah
“hutan”, kehidupan komunal merupakan salah satu syarat untuk bertahan hidup. Dengan cara itu mereka mempunyai cukup tenaga untuk secara bergilir bantu-membantu mengerjakan ladang dan menjaga tanaman mereka dari binatang serta burung-burung. Hal yang disebut terakhir ini sangat menentukan berhasil tidaknya panen yang gilirannya juga berpengaruh pada kelangsungan hidup mereka.
Sistem kekerabatan berdasarkan prinsip keturunan bilateral. Hubungan seseorang dengan orang luar tampaknya lebih ditentukan oleh pilihan dan kebutuhan orang itu sendiri. Kewargaan tidak statis, karena kewargaan itu terutama tergantung dari kesatuan tempat tinggal. Bila seorang pindah, semua hubungan rumah tangganya berubah pula. Perpindahan tempat tinggal ini dapat terjadi karena beberapa alasan diantaranya karena perkawinan. Setelah kawin, pengantin baru dapat berpindah tempat tinggal baik secara matri lokal, patri lokal maupun neolokal tergantung dari kesepakatan atau persetujuan antara rumah tangga kedua belah pihak calon pengantin.
Dalam perkembangannya, ada rumpun keluarga yang karena sesuatu hal dan atas pertimbangan kapasitas balai kemudian memecah dan membangun balai baru atau rumah baru. Balai atau rumah baru tersebut dapat berdekatan atau berjauhan letaknya.
Secara adat sebuah balai atau sebuah desa dipimpin oleh penghulu (kepala adat). Penghulu bertindak selaku ahli upacara dan hukum adat di desa. Di atas penghulu ada jabatan damang yang kedudukannya memvawahi beberapa penghulu. Selain penghulu dan damang ada orang yang berkedudukan sebagai balian yaitu tokoh yang ahli dalam melaksanakan upacara-upacara yang berkaitan dengan kepercayaan kaharingan.
Di daerah dataran, orang Banjar, khususnya yang mendiami daerah aliran sungai Negara dan Martapura mengenal ikatan keluarga besar (Extended Family) yang disebut bubuhan. Dahulu bubuhan sangat besar peranannya di dalam memberikan perlindungan ekonomi dan keamanan kepada anggota-anggotanya. Bubuhan sebagai kesatuan sosial sangat kuat ikatannya dan sifat kegotong royongan. Tiap desa mendiami tanah adat yang terdiri dari dua atau tiga bubuhan. Kepala Desa adalah kepala bubuhan. Pada masa kerajaan Banjar loyalitas bubuhan kepada kerajaan besar sekali. Berkaitan dengan asal-usulnya terdapat sejumlah bubuhan dengan status masing-masing seperti bubuhan raja-raja, bubuhan bangsawan, bubuhan ulama, bubuhan pedagang dan bubuhan rakyat.
Ikatan bubuhan pada akhir abad XIX dan awal abad XX menjadi longgar dan retak dan fungsi-fungsinya bergeser hal ini terjadi karena pemerintah kolonial Belanda telah merubah status kepemilikan tanah dan sistem pemerintahan desa. Perubahan ini mulai intensif dilakukan setelah keberadaan kerajaan Banjar dihapuskan oleh Belanda pada tahun 1860.
Saat ini meskipun beberapa unsur sistem kemasyarakatan tradisional masih bertahan namun dari segi pemerintahan semuanya mengikuti sistem pemerintahan propinsi yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.
bahasa
Di Kalimantan Selatan, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dipakai dalam acara-acara resmi serta berkomunikasi dengan orang luar daerah. Untuk penduduk Kalimantan Selatan sendiri komunikasi harian dilakukan dalam bahasa Banjar.
Bahasa Banjar sebagai Lingua Franca mempunyai struktur yang sama dengan bahasa Melayu namun banyak kosa kata dan peristilahannya yang berbeda. Secara dialektis, bahasa Banjar dapat dibedakan atas bahasa Banjar Kuala dan bahasa Banjar Hulu. Pembagian didasarkan atas perbedaan fonologis. Bahasa Banjar Kuala mengenal enam vokal yaitu a, i, u, o, e,  sedang bahasa Banjar Hulu hanya mengenal tiga vokal yaitu a, i dan u. Perbedaan lain bahasa Banjar Hulu tidak mengenal gugus konsonan pada awal kata, khususnya kata yang suku katanya lebih dari satu. Dalam pengucapan awal kata disisipi dengan vokal, biasanya vokal a. Sebagai contoh kata keramat dan kerupuk dalam bahasa Banjar Kuala diucapkan karamat dan karupuk dalam bahasa Banjar hulu.
Bahasa Banjar Kuala dipakai di daerah Kotamadya Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Kotabaru. Sedang Bahasa Banjar Hulu dipakai di daerah Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong.
Di samping bahasa-bahasa tersebut di atas dikenal juga bahasa lain yang daerah pemakaian dan jumlah penuturannya sangat terbatas. Diantaranya adalah bahasa Bukit yang sering disebut bahasa Banjar Archais (Kuno), b ahasa Bakumpai dan Bahasa Manyan.
kesenian
Kebudayaan Kalimantan Selatan terbentuk dari perpaduan atau asimilasi budaya dayak, melayu dan jawa yang telah berlangsung berabad-abad lamanya. Kemudian unsur-unsur budaya tersebut diperkaya oleh pengaruh Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab dan Persia. Ungkapan budaya tersebut antara lain tampak pada bidang seni seperti seni bangunan, seni tari, seni musik, seni rias, seni wayang dan lain-lain.
seni bangunan
Rumah sebagai tempat tinggal tidak hanya dibangun sekedar memenuhi keperluan praktis tetapi juga dibangun berdasarkan konsep-konsep pandangan hidup masyarakat yang menempatinya. Selain itu pembangunan tidak
hanya memperhatikan aspek teknis namun juga memperhatikan aspek estetis.
Dengan latar belakang seperti tersebut di atas serta pemahaman terhdap kontak-kontak budaya yang pernah terjadi tidak mengherankan apabila di Kalimantan Selatan terdapat berbagi jenis rumah seperti : Rumah Bubungan Tinggi, Rumah Gajah Baliku, Rumah Gajah Menyusu, Rumah Balai Bini, Rumah Balai Laki, Rumah Tadah Alas, Rumah Palimasan, Rumah Palimbangan, Rumah Cacak Burung dan lain-lain. Dahulu bentuk rumah mencerminkan siapa penghuninya, misalnya rumah bubungan tinggi ditempati raja dan keluarganya, balai laki ditempati oleh para punggawa dan menteri, balai bini oleh para gusti-gusti, palimasan oleh ulama, palimbangan oleh para pedagang dan rumah cacak burung oleh rakyat biasa.
Aspek estetis tidak hanya tercermin pada bentuk rumah yang beragam namun juga pada ukiran yang menghiasi atap, tiang, dinding serta daun pintu bangunan. Banyak diantara motif ukiran tersebut yang memiliki makna simbolis seperti motif pohon hayat, kalamakara atau banas pati, padma, burung enggang dan ular tambun
seni pertunjukan
Di Kalimantan Selatan terdapat puluhan jenis tarian, baik yang bernafaskan unsur kepercayaan/keagamaan atau yang berfungsi sebagai sarana hiburan. Jenis-jenis tari tersebut antara lain : Baksa Kambang, Tirik Lalan, Baksa Kelana, Baksa Tameng, Baksa Lilin, Kuda Kepang, Tari Maiwak, Tari Rebana, Gintur, Babangsal dan Naik Manau.
Tari Rebana ditarikan sambil menyanyikan lagu yang liriknya bernafaskan Islam diiringi musik rebana. Tari Gintur, Bebangsal dan Naik Manau merupakan tarian “dayak” yang dipergelarkan untuk menghormat tamu. Di samping ketiga jenis tarian tersebut orang-orang “dayak” juga mengenal tarian khusus yang dipergelarkan dalam upacara Aruh yaitu Balian Bawong, Balian Kelong, Balian Hiang Dusun Balian Gamelan. Selain seni tari dikenal pertunjukan lain seperti Madihin (bersair diiringi musik), balamutu (bercerita diiringi musik), dan wayang.
Seni pertunjukan di atas diiringi irama alat musik tradisional sepeti babon, gambang, aron, selantung, kedenong, gong, suling dan rebab.
Seiring dengan berbagai seni pertunjukan di atas berkembang pula seni rias dan seni busana yang diperlukan oleh para pemain dalam pementasan.
seni kerajinan
Hasil-hasil seni kerajinan antara lain berbagi macam perhiasan yang terbuat dari batu mulia, batu setengah mulia, emas, perak besi, kayu dan karet serta kain sasirangan yang desain serta pewarnaannya khas Kalimantan.
sistem pengetahuan
Tentang sistem pengetahuan tidak banyak yang dapat diuraikan secara khusus. Namun mengingat adanya  berbagai unsur budaya yang telah diuraikan sebelaumnya dapat dipastiakn bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh penduduk Kalimantan Selatan telah tinggi tingkatnya.
sistem religi
Kurang lebih 90% penduduk Kalimantan Selatan beragama Islam. Sedang yang lain beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kaharingan. Masyarakat pada umumnya sangat taat menjalankan perintah agama masing-masing serta memiliki rasa toleransi antara umat baragama yang tinggi.
Berkaitan dengan kepercayaan ada beberapa bentuk upacara yang dapat dicatat yaitu antara lain : Batamat, yaitu upacara yang dilakukan setelah anak-anak atau remaja selesai atau tamat membaca Al Quran ; Mappanretasi yaitu sesaji laut yang dilakukan pada bulan April di Pagatan dan Aruh yaitu upacara selamatan yang dilakukan setelah menyelesai membuka hutan untuk dijadikan ladang, pada waktu menanam benih serta sesudah panen di Loksado.
pasar terapung
Pasar Terapung (Floating Market) merupakan obyek wisata Kalimantan Selatan yang berada di Kota Banjarmasin keunikan obyek ini adalah aktivitas jual beli masyarakat di atas sungai, dimana mereka menjual barang dagangannya di atas perahu menunggu pembeli yang datang menggunakan perahu, penjual dan pembeli sama-sama berada di atas perahu. Pasar ini mulai berlangsung sekitar pukul 05.00 WITA. Suasana semarak dan menarik karena dalam keremangan pagi itu masyarakat menggunakan lampu tembok/petromak untuk penerangan. Biasanya Pasar mulai lenggang setelah jam 09.00 WITA.
Pengunjung dapat menyaksikan langsung dengan naik perahu/klotok di keramaian pasar sambil merasakan perahunya bersenggolan dengan perahu pedagang ataupun pembeli yang mendayung perahunya hilir mudik memilih barang yang diperdagangkan.
Untuk menuju ke Pasar Terapung yang ada di Sungai Barito dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dari Kota Banjarmasin
pulau kembang
Suatu taman wisata seluas ± 60 hektar, telah banyak  dikunjungi para wisatawan terutama wisatwan lokal dari Banjarmasin. Obyek ini terletak di Pulau Kembang di muara Sungai Barito Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala.
Pulau ini dihuni kera (monyet). Jarak dari Kota Banjarmasin sekitar 1,5 km, dapat dicapai dengan menggunakan perahu bermotor/ klotok dengan waktu 10 menit dari Pasar Terapung Muara Kuin.
Dapat dikunjungi setiap saat, di pula ini terdapat vihara cina yang sangat tua yang merupakan tempat untuk melaksanakan nazar bagi orang-orang keturunan cina.
pulau kaget
Pulau ini terletak ± 12 km kearah Hulu Sungai Barito yang merupakan habitat hewan kera Bakantan atau oleh penduduk setempat disebut Kera Belanda dikarenakan mukanya yang merah, perut buncit/gendut dan hidung nya yang panjang.
Hewan ini sangat pemalu, untuk melihatnya harus memerlukan kesabaran yang tinggi menunggu monyet ini keluar untuk mencari makan.
jembatan barito
Jembatan Barito dengan panjang ± 1 km. dengan desain seperti Golden Gate Fransisco, USA. Kawasan wisata ini telah dikembangkan dengan panorama alam dan keindahan, di bawah jembatan Barito terdapat Pulau Bakut dengan flora dan faunanya, lokasi ini dapat dicapai dengan menggunakan perahu tradisional/perahu bermotor sambil memancing di bawah jembatan, sebagai tempat rekreasi disediakan pula taman bermain anak-anak dan tempat peristirahatan bagi wisatawan, untuk melihat keindahan Jembatan Barito yang bagus, cantik, menawan dan mempesona.
Menuju ke obyek wisata ini dapat ditempuh dengan waktu 45 menit dengan jarak ± 25 km dari Kota Banjarmasin, dengan menggunakan mobil atau perahu bermotor.
pendulangan intan
Kawasan pendulangan intan tradisional yang diusakan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian turun temurun selalu mendulang intan. Terdapat di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka, dengan jarak tempuh dari Kota Banjarmasin ± 40 km. Pendulang (pencari) intan
biasanya berkelompok dan menggali lobang yang dalamnya sekitar sepuluh hingga dua belas meter, dengan menggunakan peralatan secara tradisional dan selalu bekerja keras untuk mencari keberuntungan/nasib. Bahan galian berupa pasir, bebatuan dan tanah merah/kuning biasanya dicuci dengan alat dulang berbentuk kerucut  yang terbuat dari bahan kayu untuk mencari butiran intan dan kadang-kadang menemukan batu akik maupun pasir emas.
Di kawasan ini pernah ditemukan intan cukup besar dan menggemparkan yang oleh masyarakat intan tersebut diberi nama Intan Trisakti dan Galuh Cempaka
lembah kahung
Obyek wisata ini berada di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar Martapura dapat dicapai dengan  dengan jarak tempuh ± 40 km dari Kota Banjarmasin.
Dari Banjarmasin menuju air terjun Lembah Kahung dapat ditempuh ± 1 jam dengan kendaraan roda 4 dan  2 jam dengan klotok melalui Danau Riam Kanan dan dilanjutkan berjalan kaki ± 3 jam dengan menemui tiga shelter atau persinggahan. Pada shelter pertama akan menikmati perjalanan di alam terbuka yang berbukit-bukit dengan tetumbuhan perdu dan ilalang di kanan kiri. Serta gemiricik air sungai yang mengalir di bebatuan sambil menikmati mandi sepuasnya dipinggiran sungai yang bening atau menikmati matahari dengan santai, serta melewati tanjakan jalan setapak, anak sungai kecil, aneka flora dan fauna sebelum sampai ke air terjun yang sangat dingin.
Di dalam hutan ini masih terdapat beberapa pohon kayu yang berdiameter 57 meter
gua batu hapu
Ke Batu Hapu di Binuang yang jaraknya ± 36 km dari Kota Rantau, atau sepanjang 98 km kalau Anda dari Banjarmasin dan bisa ditempuh dengan segala jenis mobil penumpang. Jalannya beraspal dan dapat ditempuh krang lebih 2,5 jam dari Kota Banjarasin.
Gua ini mempunyai keunikan stalagtit dan stalagnit yanh khas, yang sangat menarik dengan kelelawar yang menggantung di dinding-dinding gua
pagatpagat1
Merupakan citra pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) mengingat keindahan yang mempesona dan memiliki daya tarik yang sangat indah dengan nuansa alami damai dan jernih air sungai dari Bukit yang permai
Obyek ini dekat dengan Ibukota Barabai dan sangat ramai dikunjungi wisatawan terumata wisatawan local.
loksado
Loksado terletak di kaki Pegunungan Meratus,  berudara sejuk, dan dialiri  sungai Amandit yang mengelilingi Loksado serta air terjun Haratai dan lingkungan alam asli yang sangat menarik.
Loksado terletak disebelah timur Kota Kandangan, Kecamatan Loksado dapat ditempuh  4 jam dengan kendaraan roda empat ± 171 km dari Kota Banjarmasin, merupakan wilayah yang menjadi tempat tinggal masyarakat asli Dayak Bukit Pegunungan Meratus, yang masih menganut kepercayaan animisme (Kaharingan). Mereka tinggal berkelompok di Rumah Panjang yaitu rumah tradisional yang dihuni banyak keluarga.
Menyusuri wisata alam Loksado adalah perjalanan wisata menikmati suasana alam Pegunungtan Meratus, dengan keindahan hutan tropis yang terdiri dari beraneka-ragam flora dan fauna di dalamnya. Derasnya aliran Sungai Amandit  yang jernih dan segar, air terjun yang indah, air panas alam di Tanuhi.
Derasnya Sungai Amandit dapat disusuri dengan menggunakan rakit bambu, dapat pula digunakan sebagai tempat wisata arung jeram. Air Terjun Haratai yang eksotis terletak di atas aliran Sungai Amandit dengan kejernihan airnya, terletak di Desa Haratai
kerbau rawa
Obyek wisata  kerbau-kerbau yang diternakan oleh masyarakat sehari-hari, mencari makan rumput di atas air rawa yang terletak di desa Bararawa Kabupaten Hulu Sungai Utara sangat unik dan menarik dan pandai berenang hingga 1 km.
Pada petang hari kerbau ini kembali ke kandangnya, kandang yang terbuat dari kayu disusun di atas rawa-rawa. Populasi hewan ini berkisar antara 5000 s.d 10.000 ekor.
Untuk mencapai obyek wisata ini jarak tempuh dari Kota Banjarmasin ± 185 km, dengan transportasi kendaraan roda empat atau klotok bermesin ± 2 jam perjalanan. Di lokasi ini kita dapat menyaksikan atraksi unik dan menarik yaitu lomba Kerbau Rawa, yang dapat berenang sampai 1 km, yang digelar pada sekitar bulan Agustus.
pantai batakan
Pantai Batakan terletak sebelah Selatan wilayah di Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Batakan dan 110 km dari Kota Banjarmasin. Panaroma pantai dengan udara yang sejuk dan segar dengan ditumbuhi Pohon Pinus. Di area ini juga tersedia tempat rekreasi pemancingan. Bahkan di kawasan ini juga tyerdapat Gunung Timah sebagai Wisata Sejarah Pertahanan Jepang dan di seberangnya terdapat pula Pulau Datu dimana terdapat makan Datu Pulut yang dijadikan sebagai Wisata Religius.
Di pantai Batakan tersedia sebanyak 9 buah Cottage yang dapat dipergunakan oleh Wisatawan untuk bermalam.
gua temu luang
Obyek wisata ini berada di Kecamatan Batu Licin, di dalam goa terdapat sungai yang dapat dilayari dengan klotok dan terdapat sarang-sarang burung Walet  diselastalagtit dan stalagnit dengan jarak tempuh dari Kota Banjarmasin ± 290 km.
Untuk mengunjungi obyek ini dapat ditempuh dengan kendaraan sungai dan kendaraan roda
terumbukarang teluk temiang
eluk Tamiang yang berada jauh di sebelah barat Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru atau 6 jam perjalanan dari Banjarmasin dengan lautnya yang jernih, biru oleh pancaran cahaya matahari. Dari permukaan dapat dilihat pemandangan menakjubkan aneka ragam terumbu karang, dengan berbagai jenis ikan hias yang sangat menarik.
Terumbu karang di Teluk Tamiang menghampar sekitar satu kilometer persegi dengan kedalaman yang bervariasi. Untuk mecapai obyek ini dapat ditempuh dengan melalui jalan darat ke Batu Licin kemudian menyeberang dengan menggunakan speed boat ke lokasi obyek memerlukan waktu ± 6-7 jam perjalanan atau melalui udara ke Kotabaru, kemudian dilanjutkan mnelalui darat ke lokasi dapat ditempuh ± 4-5 jam perjalanan. Selain terumbu karang panorama alam yang juga dapat dinikmati adalah seperti hamparan pasir putih di sepanjang pantai.
makam kelampaian
Makam Ulama Dunia Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, merupakan destinasi wisata religius yang banyak dikunjungi wisatawan baik wisnus maupun wisman, bagi wisatawan yang ingin merasakan manisnya sentuhan wisata religi direlung hati, bisa mengikuti pengajian bersama yang diikuti ribuan orang yang berlangsung dibanyak tempat di Martapura seperti Sekumpul, Keraton, Tunggul Irang, dll.
makam datu sanggul
Datu Sanggul konon nama aslinya adalah Abdus Samad, beliau berasal dari Palembang, berguru memperdalam ilmu agama pada Datu Suban. Dan konon oleh Allah SWT diberi kelebihan dapat sholat setiap hari Jum’at di Masjidil Haram, Makkah. Beliau dikuburkan di Desa Tatakan Kabupaten Tapin.
Untuk mencapai obyek wisata Datu Sanggul dapat menggunakan kendaraan roda 4 dengan jarak tempuh 120 km atau ± 2,5 jam dari Banjarmasin.
makam datu nurraya
konon menurut legenda Datu Nurraya adalah guru miskin tetapi sangat dalam dan tinggi ilmu tasawufnya, memiliki tubuh yang besar bagai raksasa dan makam nya saat ini adalah makam terpanjang yaitu 45 depa (60 m) lebih dan lebar 4 depa       (6 m). Beliau adalah pembawa kitab berencong yang dikenal berisi ilmu agama Islam.
Untuk mengunjungi makam Datu Nuraya, diperlukan waktu ± 3 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda 4.
makam sultan suriansyah
Sultan Suriansyah adalah pembawa agama Islam pertama di Kalimantan Selatan yang juga merupakan Raja pada Kerajaan Banjar Pertama. Di makamkan di desa Kuin Banjarmasin, untuk orang-orang yang berminat berziarah dapat berkunjung setiap hari dengan jarak dari pusat kota hanya ± 15 menit dengan kedaraan roda empat/ dua.
Setelah mengunjungi makam, wisatawan dapat melihat mesjid Sultan Syuriansyah dengan arsetiktur yang unik dan khas Banjar serta kampong pembuat gentong batu dan tanggui (topi khas yang dipakai pedagang Pasar Terapung) (sumb:dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel)
Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam
—————————————
Luas : 112.000 hektar
Letak administratif :
Kecamatan : Aranio, Karang Intan, Pleihari, Batu Ampar, Jorong dan Kintap
Kabupaten : Banjar dan Pleihari Tanah Laut
Provinsi : Kalimantan Selatan
Letak astronomis :
Bujur : 114º 54’ – 115º 10’ BT
Lintang : 3º 20’ – 3º 45’ LS
Dasar hukum : Penetapan Keppres RI No. 52 tahun 1989 tanggal 18 Oktober 1989
Aksesibilitas : Dari Banjar dan Kota Banjarbaru jarak tempuh ± 20 km, sedangkan dari Kota Banjarmasin berjarak ± 50 km.
Kondisi Fisik
Topografi : Bervariasi dari datar sampai sangat curam
Ketinggian : 63 – 1.373 mdpl
Tanah : Podsolik merah kuning, latosol dan litosol
Geologi : Batuan induknya merupakan formasi sedimen pra-tersier, batuan pluton dan batuan basa
Iklim : Tipe iklim A dan B (Schmidt dan Ferguson)
Curah hujan (rata-rata) : 1.150 – 2.000 mm/tahun
Temperatur (rata-rata) : 20 – 35 ºC
Kelembaban (rata-rata) : 73 – 82 %.
Potensi Kawasan
Tipe ekosistem : Hutan hujan tropika
Flora : meranti (Shorea spp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), kahingai (Santiria tomentosa), damar (Dipterocarpus spp.), pampahi (Ilexsimosa spp.), kuminjah laki (Memecylon leavigatum), keruing (Dipterocarpus grandiflorus), mawai (Caethocarpus grandiflorus), jambukan (Mesia sp.), kasai (Arthocarpus kemando), dan lain-lain.
Fauna : bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates muelleri), lutung merah (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang merah (Muntiacus muntjak), kijang mas (Muntiacus atherodes), pelanduk (Tragulus javanicus), landak (Hystrix brachyura), musang air (Cynogale benetti), macan dahan (Neofelis nebulosa), kuau/harui (Argusianus argus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang (Berenicornis comatus), elang hitam (Ictinaetus malayensis), elang bondol (Haliastur indus), raja udang sungai (Alcedo atthis), raja udang hutan (Halycon chloris), dan lain-lain
Potensi Wisata Alam :
Danau / Waduk PLTA Ir. P.M. Noor
Berupa Danau / Waduk seluas lebih kurang 8.000 Ha dengan fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air satu-satunya di Propinsi Kalimantan Selatan. Berperan penting sebagai pengatur tata air, mencegah erosi dan banjir, sebagai objek wisata alam, danau/waduk ini memiliki bentang alam yang menarik dengan panorama danau, lembah dan bukit disekelilingnya serta untuk kegiatan olahraga air.
Pulau Pinus
Berupa pulau seluas lebih kurang 3 Ha, terletak ditengah danau/waduk, dapat ditempuh lebih kurang 15 menit dari Pelabuhan Tiwingan. Pulau ini didominasi oleh tanaman Pinus Merkussi.
Pulau Bukit batas
Pulau seluas lebih kurang 1 Ha ini berdekatan letaknya dengan pulau pinus, dapat ditempuh lebih kurang 30 menit dari pelabuhan Tiwingan. Seperti halnya dengan pulau pinus, kawasan ini cocok untuk rekreasi santai dan olahraga air.
Air Terjun Surian
Air terjun ini terdiri dari air terjun Surian, air terjun Batu Kumbang, dan air terjun Mandin Sawa yang sangat menunjang kegiatan Bina Cinta Alam. Dari sungai Hanaru dapat dicapai lebih kurang 2 jam dengan menelusuri sungai Hanaru atau lebih kurang 3 jam melalui jalan patroli yang sudah ada.
Air Terjun Bagugur
Air terjun ini terletak di hulu sungai Tabatan. Dari desa Kalaan dapat ditempuh lebih kurang 1 – 2 jam melalui jalan reboisasi dan areal bekas perladangan berpindah.
Bumi Perkemahan Awang Bangkal
Bumi perkemahan ini seluas lebih kurang 6 Ha terletak didaerah Awang Bangkal. Tidak jauh dari jalan raya Banjarbaru – Pelabuhan Tiwingan, berada didekat sungai Tambang Baru, sehingga mudah mendapatkan air. Bentang alam dari bukit disekelilingnya serta tepian sungai Tambang Baru merupakan daya tarik tersendiri.
Pusat Pengelola/Informasi di Mandiangin
Kawasan ini terletak didaerah Mandiangin merupakan suatu komplek bangunan yaitu kantor pusat pengelola, kantor pusat informasi sumber daya alam, plaza dan bumi perkemahan. Di areal ini terdapat prasasti peresmian berdirinya TAHURA Sultan Adam dan Puncak Penghijauan Nasional (PPN) ke 29 yang ditandatangani oleh Presiden RI Bapak Soeharto.
Di lokasi ini pula pusat pengelolaan hutan pendidikan Fakultas Kehutanan UNLAM. Pada pengembangan selanjutnya kawasan ini dikembangkan menjadi arboretum, penangkaran satwa, taman safari, kolam renang, taman burung, bumi perkemahan dilengkapi dengan souvenir shop dan lain-lain.
Pengelolaan
Sejarah Kawasan :
Berdasarkan Keppres RI Nomor 52 tahun 1989 Tahura Sultan Adam mempunyai luas sebesar 112.000 Ha yang terdiri dari beberapa kawasan yaitu :
Hutan Lindung Riam Kanan
Kawasan ini ditetapkan dengan Sk Menteri Pertanian Nomor: 10/Kpts/UM/I/1975 tgl 8 Januari 1975 seluas lebih kurang 55.000 Ha.
Kawasan Kinain Buak
Kawasan ini ditunjuk melalui SK Gubernur Jenderal Nomor: 33 tgl 8 Mei 1926 seluas lebih kurang 13.000 Ha.
Suaka Margasatwa Pelaihari – Martapura
Kawasan ini ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian Nomor: 65/kpts/Um/2/1974 tanggal 13 Pebruari 1974 dan Nomor: 765/Kpts/Um/10/1980 tanggal 23 Oktober 1980 seluas lebih kurang 36.400 Ha.
Hutan Pendidikan Unlam
Kawasan ini ditunjuk melalui SK. Gubernur Nomor: DA.144/PH/1980 tanggal 31 Desember 1980 dengan luas lebih kurang 2.000 Ha berlokasi di Mandiangin.
Dalam hal pengelolaan, kawasan Tahura Sultan Adam dikelola sejak tahun 1990 oleh suatu Badan Pengelola yang ditetapkan dengan Surat Gubernur Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor: 0155 Tahun 1990 tanggal 2 Mei 1990. Dalam perkembangan pengelolaannya (era otonomi), pada tahun 2003 Badan Pengelola sebelumnya ditinjau kembali, dan selanjutnya dibentuk kembali dengan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor: 0283 Tahun 2003 tanggal 15 September 2003 tentang Pembentukan Badan Pengelola Tahura Sultan Adam Propinsi Kalimantan Selatan.
Penataan batas :
Tata batas (buatan) :
SM. Pleihari Martapura : 113 km Tahun 1981/1982
Hutan Lindung Kinain Buak : 134,5 km Tahun 1976/1977
Hutan Lindung Riam Kanan : 104,5 km Tahun 1976/1977
Hutan Pendidikan Gunung Waringin dan Pegunungan Babaris : 22,45 km Tahun 2001
Rekonstruksi :
SM. Pleihari Martapura : 113 km Tahun 1990/1991, 1996/1997
Permasalahan
Jenis Permasalahan : Penebangan liar, perladangan liar, penambangan liar dan kebakaran hutan
Upaya : Pengamananan kawasan, penyuluhan dan pembinaan daerah penyangga, koordinasi dengan instansi terkait, dan usulan rehabilitasi kawasan.( Sumb:balai konservasi sumber daya alam Kalsel)