Jumat, 27 April 2012

Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia

I.  Gas Rumah Kaca (GRK)
Berdasarkan Protocol Kyoto ditetapkan 6 jenis gas rumah kaca yang berperan sebagai penyerap energi radiasi matahari yang semestinya energi radiasi matahari tersebut dipantulkan kembali ke ruang angkasa, akan tetapi karena adanya gas-gas rumah kaca tersebut maka energi radiasi matahari tertahan di lapisan atmosfer dan menyebabkan peningkatan suhu bumi. Gas-gas tersebut diantaranya adalah CO2 (Karbon Dioksida), CH4 (Metana), N2O (Nitrogen Oksida), HFCs (Hydrofluorokarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride). Sebenarnya atmosfer bumi sudah memiliki unsur gas rumah kaca alamiah seperti uap air H2O). Tanpa kehadiran gas rumah kaca tersebut maka suhu muka bumi dapat lebih rendah sekitar 20 - 25°C daripada suhu bumi saat ini, suatu keadaan yang sangat tidak nyaman bagi mahluk di muka bumi. 


Gambar 1. Unsur-unsur yang termasuk gas-gas rumah kaca (Sumber: Las et al., 2008)

Penumpukan gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia menyebabkan daya serap terhadap radiasi matahari di atmosfer semakin bertambah. Proses terjadinya penumpukan energi matahari di atmosfer akibat kehadiran gas-gas rumah kaca tersebut dikenal sebagai efek rumah kaca. Istilah gas rumah kaca dan efek rumah kaca mengacu pada sifat proses terperangkapnya sinar matahari pada penerapan teknologi rumah kaca di negara-negara lintang tinggi. Pada wilayah tersebut rumah kaca dibuat untuk membuat suasana menyerupai daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang terjaga.
Peristiwa efek rumah kaca terjadi karena sinar matahari di atmosfer menggetarkan molekul gas-gas rumah kaca tersebut sehingga energi radiasi matahari terserap oleh molekul tersebut. Celakanya waktu hidup molekul tersebut di atmosfer dapat bertahan dalam waktu yang lama sekitar 150 hingga 200 tahun sehingga dalam waktu yang lama tersebut dapat terus menyerap energi dan terjadi proses efek rumah kaca. Dalam waktu yang lama tersebut efek rumah kaca terus terjadi dan mengakumulasi energi radiasi matahari yang terserap di atmosfer. Karena berat jenis dari molekul gas-gas rumah kaca jauh lebih besar dari berat jenis molekul udara umumnya dan menyebabkan posisi molekul gas-gas rumah kaca tersebut lebih berada di atmosfer bawah maka peristiwa pemanasan global lebih intensif terjadi di lapisan bawah atmosfer atau di permukaan bumi. Dari tahun ketahun konsentrasi gas-gas rumah kaca mengalami peningkatan, tidak hanya secara global akan tetapi konsentrasi gas-gas rumah kaca di Indonesia juga mempunyai kecenderungan naik.


Gambar 2. Konsentrasi gas-gas rumah kaca


Gambar 3. Hasil pengukuran konsentrasi CO2


Gambar 4. Hasil pengukuran konsentrasi CH4



Gambar 5. Hasil pengukuran konsentrasi C2O

II.      Pemanasan Global
Pemanasan global ditandai kenaikan suhu rata-rata udara di dekat permukaan bumi dan lautan sejak pertengahan abad ke-20 dan diproyeksikan akan terus berlangsung. Menurut Laporan Kajian ke-Empat oleh IPCC tahun 2007, suhu permukaan global meningkat sebesar 0,74 ± 0,32 °C (1,33 ± 0,32 °F) selama abad ke-20. Mayoritas kenaikan suhu yang diamati sejak pertengahan abad ke-20 disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK), yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pengurangan lahan hutan. 


Gambar 6. Suhu rata-rata global (Sumber: IPCC, 2007)

Pemanasan global dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim. Perubahan iklim adalah dampak dari pemanasan global yang melibatkan unsur aktivitas manusia dan alamiah. Peristiwa alamiah yang memberi pengaruh positif dan negatif pada pemanasan global adalah letusan gunung berapi, dinamika iklim di atmosfer dan lautan serta pengaruh dari luar bumi seperti gejala kosmis dan ledakan di permukaan matahari.
Pemanasan global yang disebabkan oleh manusia merupakan hasil dari perubahan jumlah dan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer dan juga karena menurunnya daya serap gas-gas rumah kaca yang sudah terdapat di atmosfer bumi. Pada kasus kedua, peristiwa pemanasan global dapat di-mitigasi (dikurangi) dengan menambah daya serap gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Tanda-tanda utama pemanasan global adalah kenaikan suhu muka bumi, peningkatan muka air laut dan melelehnya lapisan es di daratan muka bumi. Kenaikan suhu muka bumi terjadi di darat dan laut yang juga menyebabkan naiknya suhu udara muka bumi. Salah satu akibat kenaikan suhu muka bumi adalah melelehnya lapisan es di muka bumi. Proses melelehnya lapisan es tersebut akan menyebabkan kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut disebabkan oleh dua hal yaitu tambahan volume air di laut akibat aliran lelehan es di daratan dan akibat pemuaian molekul air oleh peningkatan suhu muka laut. Untuk wilayah pesisir, ancaman kenaikan muka air laut akibat pemanasan global dapat terjadi untuk waktu yang sangat lama.


Gambar 7. Perubahan suhu, tinggi muka laut dan tutupan salju kutub utara (Sumber : IPCC, 2007)

III.        Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan perubahan baik pola maupun intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata-rata 30 tahun). Perubahan iklim dapat berupa perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Sebagai contoh, lebih sering atau berkurangnya kejadian cuaca ekstrim, berubahnya pola musim dan peningkatan luasan daerah rawan kekeringan. Perubahan iklim merupakan perubahan pada komponen iklim yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan angin, dan perawanan.
Pengertian perubahan Iklim menurut berbagai sumber :
a.       UU No. 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
b.      Pemahaman petani Perubahan Iklim adalah terjadinya musim hujan dan kemarau yang sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu kebiasaan petani (pola tanam) dan mengancam hasil panen.
c.       Pemahaman nelayan Perubahan iklim adalah susahnya membaca tanda-tanda alam (angin, suhu, astronomi, biota, arus laut) karena terjadi perubahan dari kebiasaan sehari-hari, sehingga nelayan sulit memprediksi daerah, waktu dan jenis tangkapan.
d.      Pemahaman masyarakat umum Perubahan iklim adalah ketidakteraturan musim.

III.1 Fakta Adanya Perubahan Iklim di Indonesia

Kejadian pemanasan global bukan saja telah mempengaruhi iklim secara global, namun juga mempengaruhi iklim di Indonesia. Berikut ini beberapa data dan fakta terjadinya perubahan iklim di Indonesia.

1.      Perubahan Curah Hujan Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan peluang kejadian hujan ekstrim di beberapa wilayah di Indonesia. Di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, peluang kejadian hujan ekstrim dengan intensitas mencapai 500 mm/bulan selama periode tahun 1970 - 1999 meningkat hingga 13%. Padahal, selama periode tahun 1900 - 1929, peluang kejadian hujan ektrim di ketiga wilayah tersebut hanya 3% , hal tersebut ditunjukkan Gambar 8. 


Gambar 8. Perubahan peluang hujan ekstrim (500 mm/bulan) di wilayah Jawa Barat, Banten dan Jakarta pada bulan Desember – Februari antara tahun 1900 – 1999 (Sumber : Climate Research Unit, Inggris).

2.      Pergeseran Musim Perubahan iklim dapat menyebabkan adanya pergeseran musim. Di Indonesia, musim mengalami pergeseran baik pada awal musim maupun panjang musim. Pergeseran tersebut terjadi dimusim kemarau dan musim hujan, baik maju maupun mundur. Pergeseran musim di Indonesia salah satunya telah teramati di pulau Jawa yang didasarkan pada data pengamatan selama 30 tahun yaitu periode tahun 1971-2000 dan periode tahun 2001-2010. Pergeseran musim di pulau Jawa terjadi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Berdasarkan data pengamatan 30 tahun periode 1971-2000, musim hujan di pulau Jawa mengalami pergeseran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Pola musim hujan di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagian besar mengalami pergeseran maju 3-4 dasarian, di wilayah Tangerang-Banten dan sekitarnya maju 1-2 dasarian dan Jawa Timur bagian timur mengalami pergeseran maju 1-2 dasarian. Sedangkan pola musim hujan yang bergeser mundur terjadi di Banten dan DKI dimana pergeserannya bervariasi antara 1-2 dasarian hingga 3-4 dasarian. Kemudian untuk wilayah Jawa Timur pergeseran mundur 1-2 dasarian.

Kamis, 26 April 2012

SIKLUS HIDROLOGI




SIKLUS HIDROLGI

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
  • Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
  • Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
  • Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.Tempat terbesar tejadi di laut.

Selasa, 24 April 2012


 A. Pengertian Geografi
        Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subjek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
         Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

 g

Pengertian menurut para ahli
  • Erastothenes (abad ke-1), Geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
  • Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
  • Strabo (1970), Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian disebut konsep Natural Atrribut of Place.
  • Prof. Bintarto (1981), Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
  • Hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1988), Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.

    B. Konsep

  • Konsep Lokasi, Konsep lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas:
  1. Lokasi absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap. Contoh : Indonesia terletak di antara 6°LU-11°LS dan diantara 95°BT-141°BT.
  2. Lokasi relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah. Contoh: Indonesia terletak antara Benua Asia dan Australi