MAKALAH
PROFESI
KEPENDIDIKAN
Peran
Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran Di Era Teknologi Komunikasi Dan
Informasi
Dosen
Pengajar:
Ellyn Normelani, S.Pd., M.Pd
Disusun
oleh:
Hasa Noor Hasadi
NIM. A1A510257
KELAS : B / 2010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu
alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur marilah kita panjatkan
kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya sematalah sehingga saya
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berkenaan dengan Pembelajaran
kooperatif pada bidang studi.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat serta para pengikut beliau dari
dulu, sekarang, hingga akhir zaman.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan
mahasiswa-mahasiswi dapat memahami dan mengethui tentang masalah perkembangan
media pembelajaran.
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik itu dari segi isi
maupun dari cara penyusunannya, itu disebabkan karena terbatasnya pengetahuan
penyusun. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah berikutnya.
Kepada dosen pembimbing dan teman-teman
mahasiswa-mahasiswi yang mendukung terbentuknya makalah ini saya penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Wassalam,
Banjarmasin,
24 Februari 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan
cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus
ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media
yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model
pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk
situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan
pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang
sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan
penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
B.
Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan
pada latar belakang, maka kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian Pengertian
Pembelajaran Kooperatif ?
2.
Bagaimana Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ?
3.
Bagaimana Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun membuat
makalah yang berjudul Pembelajaran kooperatif adalah
:
1. Untuk mengetahuai pengertian Pembelajaran Kooperatif
2. Untuk mengetahui Unsur-unsur Dasar
Pembelajaran Kooperatif
3. Untuk mengetahui Pendekatan Dalam
Pembelajaran Kooperatif
4. Untuk mengetahui
model pembelajaran Kooperatif
D.
Metode Penulisan
Makalah ini disusun
berdasarkan telaah literatur atau metode kepustakaan, sebagai bahan rujukan dan
acuan untuk melengkapi pembuatan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2008: 35).
“Cooperative learning is generally
understood as learning that takes place in small groups where students share
ideas and work collaboratively to complete a given task. There are several
models of cooperative learning that vary considerably from each other”
(Slavin, 1995). “Pembelajaran kooperatif secara umum
dipahami sebagai pembelajaran yang terjadi dalam kelompok kecil dimana siswa
berbagi ide dan bekerja sama menyelesaikan suatu soal. Ada beberapa model
pembelajaran kooperatif yang berbeda satu samalainnya” Sedangkan
menurut Slavin (1997) pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran
dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode
pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam
belajar.
Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative leraning)
adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok – kelompok kecil dimana
siswa dalam satu kelompok saling bekerja sama memecahkan masalah untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya
tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7‑8) sebagai
berikut: Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial,
tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas‑tugas
akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep‑konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif juga telah
dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma
yang berhubungan dengan hasil belajar. Penerimaan yang luas terhadap orang yang
berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas
tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan penting dari
pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama
dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang
dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
B.
Koperatif (CL, Cooperative
Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah
satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari
pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya
muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental
yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori
vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.
Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda
dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran
kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami
konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa
model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa
pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai
siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis.
Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha
untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan
menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari
teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses
tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena
memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang
hubungan ide ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
Tujuan penting lain dari pembelajaran
kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di
mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin
beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam
keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian
kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering
orang menyatakan ketidakpuasan pada sa at diminta untuk bekeda dalarn situasi
kooperatif .
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya
mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan
tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi
antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas
antar anggota.
1.
Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem
yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai
elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah:
- Saling
ketergantungan positif
- Interaksi tatap
muka
- Akuntanbilitas
individual
- Keterampilan
untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara
sengaja diajarkan. Abdurrahman & Bintoro (dalam Nurhadi,
2004:61)
Selain itu Roger dan Johnson mengatakan (dalam
Lie, 2004:31) bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan sebagai
pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus terkandung dalam
pembelajaran kooperatif, antara lain saling ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses
kelompok.
2 . Pendekatan
Dalam Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan
setidaknya untuk memenuhi tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial
(Ibrahim, 2000:7).
Menurut Ibrahim (2000:20-28) ada empat
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: STAD (Student Teams
Achievement Division) Metode ini mengacu pada belajar kelompok siswa yang
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan
presentasi verbal atau teks.
- Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Pendekatan ini memerlukan norma
dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat
pada guru.
- Pendekatan struktural
Pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa
- Jigsaw
Jigsaw merupakan metode pembelajaran dengan
menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli yang mengutamakan rasa
tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain.
a) Kontekstual
(CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada
tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi,
membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri,
generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
b) Realistik
(RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic
Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola
guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia
empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia
rasio, pengembangan matematika). Prinsip RME adalah aktivitas (doing)
konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman
(menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal),
inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran
sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
c) Pembelajaran
Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan
yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.
Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan
terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut
dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
d) Pembelajaran
Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah
metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
e) Problem
Solving
Dalam
hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma).
Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
f) Problem
Posing
Bentuk
lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan
melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal-pertanyaan.
D.
Hubungan
Pembelajaran Kooferatif dengan Pembelajaran Numbered Head Together
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Kagan,
S (1992). Meskipun model pembelajaran ini memiliki kesamaan dengan model
pembelajaran kooperatif lainnya namun model pembelajaran ini lebih
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi khusus siswa (Lie, 2004:59).
Model NHT ini dimaksudkan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas yang tradisional. Seperti resitasi, guru mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat
tangan dan ditunjuk. Model NHT ini menghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual.
Menurut Nurhadi (2003:38) berikut ini adalah
langkah-langkah dalam pembelajaran model NHT:
- Langkah 1-
Penomoran (Numbering): Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 siswa dan member mereka nomor
sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda.
- Langkah 2-
pengajuan Pertanyaan (Questioning): Guru mengajukan suatu pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik
hingga yang bersifat umum. Contoh pertanyaan yang bersifat spesifik adalah
“ Dimana letak Kerajaan Tarumanegara?” sedangkan contoh pertanyaan yang
bersifat umum adalah “ Mengapa Diponegoro memberontak kepada pemerintah
Belanda?”
- Langkah 3-
Berpikir Bersama (Head Together): Para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
- Langkah 4-
Pemberian Jawaban (Answering): Guru menyebut satu nomor para siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban untuk setiap kelas.
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Karena selain siswa belajar dalam kelompok, terdapat juga penomoran pada
masing-masing siswa dalam kelompok yang akan memacu siswa untuk tidak
sepenuhnya bergantung pada angota kelompoknya.
E.
Hubungan
Pembelajaran Kooferatif dengan Metode Pembelajaran Jigsaw
Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh
Elliot Arronson dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
(Nurhadi, 2004:65). Metode ini didesain utuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dalam
hal ini siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan oleh guru, tetapi
dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan lainnya dan harus
bekerjasama untuk mempelajari materi yang diberikan.
Dalam pelaksanaannya kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 ssiwa dengan karakteristik
yang heterogen dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Para
anggota dari kelompok yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu materi pelajaran yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membantu mengkaji materi tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut
kelompok ahli. Selanjutnya, para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali
ke kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah
dipelajari dalam kelompok ahli. Pada akhir pelajaran para siswa dievaluasi
secara individual mengenai materi yang telah dipelajari melalui tes. Dan
setelah pembelajaran berakhir siswa diberikan penghargaan kelompok yang berupa
pujian ataupun berupa hadiah. Semua itu merupakan salah satu bentuk penghargaan
atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
F.
Kaedah
Pembelajaran Koperatif
Pembelajaran koperatif merujuk kepada kaedah
pengajaran yang memerlukan murid dari pelbagai kebolehan bekerjasama dalam
kumpulan kecil untuk mencapai satu matlamat yang sama (Slavin, 1982). Sasaran
adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan sahaja untuk diri sendiri, tetapi
juga untuk rakan-rakan yang lain.
Lima unsur asas dalam pembelajaran koperatif
adalah:
- saling
bergantung antara satu sama lain secara positif,
- saling
berinteraksi secara bersemuka,
- akauntabiliti
individu atas pembelajaran diri sendiri,
- kemahiran
koperatif, dan
- pemprosesan
kumpulan
Ganjaran diberi kepada individu dan kumpulan
dalam pelaksanaan kaedah ini. Individu dalam kumpulan dikehendaki menunjukkan
kefahaman masing-masing dan memainkan peranan berbeza bergilir-gilir. Kemahiran
sosial dan pemprosesan kumpulan digalakkan. Beberapa cara pembelajaran
koperatif telah diperkembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan, misalnya Jigsaw,
TGT (teams-games-tournaments), STAD (Students Teams- Achievement Division),
Belajar Bersama (Learning together), Permainan
Panggil Nombor (Numbered Heads), dan Meja Bulat (Round Table). Pengajaran
sebaya memainkan peranan yang sangat penting menurut cara Jigsaw. Dalam cara
ini, pembahagian tuigas diagihkan di kalangan murid dalam kumpulan pelbagai
kebolehan. Bahan pembelajaran dipecahkan kepada topik-topik kecil. Setiap murid
diagihkan tugas untuk mempelajari satu topik kecil. Setelah menguasai topik
kecil sendiri, murid akan mengajar rakan-rakan lain dalam kumpulannya sehingga
semua ahli kumpulan menguasai semua topik kecil itu. Selepas itu satu aktiviti
dijalankan untuk menguji sama semua ahli kumpulan berjaya memahami dan
menyempurnakan tugasan yang diberi.
Jigsaw merupakan cara pengajaran berpusatkan
murid. Kemungkinan besar bahan baru dapat dikaitkan dengan pengetahuan sedia
ada dan membantu penstrukturan semula idea. Pembelajaran koperatif menggalakkan
murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam kumpulan. Ini membolehkan
perkongsian idea dan pemeriksaan idea sendiri dalam suasana yang tidak
terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
v
Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2008: 35).
v
Model Pembelajaran kooperatif
sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model
pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial
siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa
memahami konsep konsep yang sulit.
v
Dalam pembelajaran kooperatif
tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan
tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi
antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas
antar anggota.
v
Hubungan
pembelajaran kooferatif dengan metode yang lain.
o
Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and
Learning)
o
Hubungan Pembelajaran Kooferatif dengan Pembelajaran Numbered Head Together
o
Hubungan Pembelajaran Kooferatif dengan Metode Pembelajaran Jigsaw
o Kaedah Pembelajaran
Koperatif
B.
Saran – Saran
- Setiap
sekolah diharapkan mempunyai satu media pembelajaran yang membantu dalam
proses pembelajaran. Dengan harapan dapat memberikan sebuah
pendidikan yang bermutu.
- Guru
diharapkan mampu membimbing peserta didik agar dapat menguasai media yang
berhubungan dengan metode pemelajaran kooferatif yang ada disekolah.
- Pesesta
didik juga diharapkan mau belajar media – media pembelajaran yang berhubungan
dengan metode pemelajaran kooferatif.
DAFTAR ACUAN
http://liriklagulagu.wordpress.com/ta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar