Rabu, 23 Mei 2012

Tugas Profesi Kependidikan








MAKALAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
Peran Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran Di Era Teknologi Komunikasi Dan Informasi






Dosen Pengajar:
Ellyn Normelani, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Hasa Noor Hasadi
NIM. A1A510257
KELAS : B / 2010


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya sematalah sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berkenaan dengan Pembelajaran kooperatif pada bidang studi. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat serta para pengikut beliau dari dulu, sekarang, hingga akhir zaman.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat memahami dan mengethui tentang masalah perkembangan media pembelajaran.
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik itu dari segi isi maupun dari cara penyusunannya, itu disebabkan karena terbatasnya pengetahuan penyusun. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah berikutnya.
Kepada dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa-mahasiswi yang mendukung terbentuknya makalah ini saya penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. 

Wassalam,



Banjarmasin, 24 Februari  2012


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

B.     Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.        Apa pengertian Pengertian Pembelajaran Kooperatif ?
2.        Bagaimana Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ?
3.        Bagaimana Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif ?
4.        Bagaimana Model pembelajaran kooperatif ?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun membuat makalah yang berjudul Pembelajaran kooperatif  adalah :
1.      Untuk mengetahuai pengertian Pembelajaran Kooperatif
2.      Untuk mengetahui Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
3.      Untuk mengetahui Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
4.      Untuk mengetahui model pembelajaran Kooperatif

D.    Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan telaah literatur atau metode kepustakaan, sebagai bahan rujukan dan acuan untuk melengkapi pembuatan makalah ini.



BAB II
PEMBAHASAN

A.        Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2008: 35).
“Cooperative learning is generally understood as learning that takes place in small groups where students share ideas and work collaboratively to complete a given task. There are several models of cooperative learning that vary considerably  from each other” (Slavin, 1995). “Pembelajaran kooperatif secara umum dipahami sebagai pembelajaran yang terjadi dalam kelompok kecil dimana siswa berbagi ide dan bekerja sama menyelesaikan suatu soal. Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang berbeda satu samalainnya Sedangkan menurut Slavin (1997) pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.
Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative leraning) adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok – kelompok kecil dimana siswa dalam satu kelompok saling bekerja sama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak­tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7‑8) sebagai berikut: Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas‑tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep‑konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas­-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

B.       Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.
Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis.
Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada sa at diminta untuk bekeda dalarn situasi kooperatif .
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota.

1.  Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah:
  1. Saling ketergantungan positif
  2. Interaksi tatap muka
  3. Akuntanbilitas individual
  4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.  Abdurrahman & Bintoro (dalam Nurhadi, 2004:61)
Selain itu Roger dan Johnson mengatakan (dalam Lie, 2004:31) bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus terkandung dalam pembelajaran kooperatif, antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

2 . Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan setidaknya untuk memenuhi tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000:7).
Menurut Ibrahim (2000:20-28) ada empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division) Metode ini mengacu pada belajar kelompok siswa yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.
  1. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.
  1. Pendekatan struktural
Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
  1. Jigsaw
Jigsaw merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli yang mengutamakan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

a)   Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

b)      Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika). Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

c)      Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

d)      Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.



e)      Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

f)       Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

D.    Hubungan Pembelajaran Kooferatif dengan Pembelajaran Numbered Head Together
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Kagan, S (1992). Meskipun model pembelajaran ini memiliki kesamaan dengan model pembelajaran kooperatif  lainnya namun model pembelajaran ini lebih menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi khusus siswa (Lie, 2004:59).
Model NHT ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas yang tradisional. Seperti resitasi, guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Model NHT ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.


Menurut Nurhadi (2003:38) berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembelajaran model NHT:
  1. Langkah 1- Penomoran (Numbering): Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 siswa dan member mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda.
  2. Langkah 2- pengajuan Pertanyaan (Questioning): Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. Contoh pertanyaan yang bersifat spesifik adalah “ Dimana letak Kerajaan Tarumanegara?” sedangkan contoh pertanyaan yang bersifat umum adalah “ Mengapa Diponegoro memberontak kepada pemerintah Belanda?”
  3. Langkah 3- Berpikir Bersama (Head Together): Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
  4. Langkah 4- Pemberian Jawaban (Answering): Guru menyebut satu nomor para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk setiap kelas.
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena selain siswa belajar dalam kelompok, terdapat juga penomoran pada masing-masing siswa dalam kelompok  yang akan memacu siswa untuk tidak sepenuhnya bergantung  pada angota kelompoknya.

E.     Hubungan Pembelajaran Kooferatif dengan Metode Pembelajaran Jigsaw
Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin (Nurhadi, 2004:65). Metode ini didesain utuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dalam hal ini siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan oleh guru, tetapi dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan lainnya dan harus bekerjasama untuk mempelajari materi yang diberikan.
Dalam pelaksanaannya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 ssiwa dengan karakteristik yang heterogen dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Para anggota dari kelompok  yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji materi tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok ahli. Selanjutnya, para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli. Pada akhir pelajaran para siswa dievaluasi secara individual mengenai materi yang telah dipelajari melalui tes. Dan setelah pembelajaran berakhir siswa diberikan penghargaan kelompok yang berupa pujian ataupun berupa hadiah. Semua itu merupakan salah satu bentuk penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.

F.     Kaedah Pembelajaran Koperatif
Pembelajaran koperatif merujuk kepada kaedah pengajaran yang memerlukan murid dari pelbagai kebolehan bekerjasama dalam kumpulan kecil untuk mencapai satu matlamat yang sama (Slavin, 1982). Sasaran adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan sahaja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk rakan-rakan yang lain.

Lima unsur asas dalam pembelajaran koperatif adalah:
  1. saling bergantung antara satu sama lain secara positif,
  2. saling berinteraksi secara bersemuka,
  3. akauntabiliti individu atas pembelajaran diri sendiri,
  4. kemahiran koperatif, dan
  5. pemprosesan kumpulan
Ganjaran diberi kepada individu dan kumpulan dalam pelaksanaan kaedah ini. Individu dalam kumpulan dikehendaki menunjukkan kefahaman masing-masing dan memainkan peranan berbeza bergilir-gilir. Kemahiran sosial dan pemprosesan kumpulan digalakkan. Beberapa cara pembelajaran koperatif telah diperkembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan, misalnya Jigsaw, TGT (teams-games-tournaments), STAD (Students Teams- Achievement Division),
Belajar Bersama (Learning together), Permainan Panggil Nombor (Numbered Heads), dan Meja Bulat (Round Table). Pengajaran sebaya memainkan peranan yang sangat penting menurut cara Jigsaw. Dalam cara ini, pembahagian tuigas diagihkan di kalangan murid dalam kumpulan pelbagai kebolehan. Bahan pembelajaran dipecahkan kepada topik-topik kecil. Setiap murid diagihkan tugas untuk mempelajari satu topik kecil. Setelah menguasai topik kecil sendiri, murid akan mengajar rakan-rakan lain dalam kumpulannya sehingga semua ahli kumpulan menguasai semua topik kecil itu. Selepas itu satu aktiviti dijalankan untuk menguji sama semua ahli kumpulan berjaya memahami dan menyempurnakan tugasan yang diberi.
Jigsaw merupakan cara pengajaran berpusatkan murid. Kemungkinan besar bahan baru dapat dikaitkan dengan pengetahuan sedia ada dan membantu penstrukturan semula idea. Pembelajaran koperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam kumpulan. Ini membolehkan perkongsian idea dan pemeriksaan idea sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
v  Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2008: 35).
v  Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit.
v  Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota.
v  Hubungan pembelajaran kooferatif dengan metode yang lain.
o   Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
o   Hubungan Pembelajaran Kooferatif dengan Pembelajaran Numbered Head Together
o   Hubungan Pembelajaran Kooferatif dengan Metode Pembelajaran Jigsaw
o   Kaedah Pembelajaran Koperatif

B.     Saran – Saran
  1. Setiap sekolah diharapkan mempunyai satu media pembelajaran yang membantu dalam proses pembelajaran. Dengan harapan dapat memberikan sebuah pendidikan yang bermutu.
  2. Guru diharapkan mampu membimbing peserta didik agar dapat menguasai media yang berhubungan dengan metode pemelajaran kooferatif yang ada disekolah.
  3. Pesesta didik juga diharapkan mau belajar media – media pembelajaran yang berhubungan dengan metode pemelajaran kooferatif.


DAFTAR ACUAN
http://liriklagulagu.wordpress.com/ta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar